Resensi Buku Kumcer Mata Yang Enak Dipandang oleh Ahmad Tohari

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]



Judul: Mata Yang Enak Dipandang

Penulis: Ahmad Tohari

Editor: Anastasia Mustika W.

Sampul: sukutangan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit: April 2022, cetakan kelima

Tebal: 216 hlm.

ISBN: 9786020300597

Tag: cerpen, drama


Ada 15 cerita pendek di buku ini dan saya menangkap kekhasan penulis dalam pemilihan tema cerita yang begitu sederhana dan manusiawi. Saya juga terkesan dengan teknik penulis dalam menyajikan ceritanya, yaitu dengan memotret peristiwa, hal, atau pemikiran, sehingga beberapa cerpen terasa kependekan dan meninggalkan ujung kisahnya dengan begitu saja.

Yang membuat saya candu menikmati deretan judul-judulnya karena penulis membawakan tokoh-tokoh yang sederhana dengan latar belakang bermacam-macam. Ada pengemis, seorang bapak, seorang anak, dosen muda, penulis amatir, petani, dan lainnya. Diksinya pun biasa saja dan ini yang membuat saya mudah memahami ceritanya. Detail situasi pada jaman dulu begitu kuat terasa sehingga saya seperti bernostalgia dengan ke lingkungan pada saat masih anak-anak di pedesaan.

Membaca cerpen-cerpen di sini ibarat melakukan perjalanan waktu ke masa lampau, menilik konflik-konflik domestik sebagai manusia. Tetapi jangan salah, beberapa cerita berhasil menggedor nurani saya untuk melakukan refleksi diri.

Nah, berikut ini saya rangkumkan cerita-ceritanya dalam paragraf pendek. Semoga bisa memberikan gambaran kekhasan yang saya maksud.

Mata Yang Enak Dipandang menceritakan pengemis buta dan penuntunnya yang membagikan rahasia membedakan mana orang dermawan dan mana yang enggak dermawan, yaitu dari matanya. Saya suka dengan penggambaran bagaimana menjadi orang yang buta, lalu dipanggang terik matahari. Narasinya begitu menghidupkan situasi itu.

Bila Jebris Ada Di Rumah Kami mengulik empati suami istri; Ratib dan Sar, kepada tetangganya bernama Jebris yang jadi pelacur. Selain mengajak pembaca memahami kehidupan Jebris hingga jadi pelacur, kita juga diajak sembunyi-sembunyi menerka kemungkinan lain dari hubungan Jebris dan pasangan suami istri tetangganya itu. Atau otak saya saja yang terlalu liar ya. Selain itu di sini kita akan melihat pemandangan kontras ketika pelacur berada di lingkungan yang religius.

Penipu Keempat menceritakan tentang seorang lelaki yang mengetahui dirinya sedang ditipu tetapi memilih menikmatinya. Ada perempuan yang datang kepadanya dengan cerita soal yayasan anak yatim piatu yang membutuhkan dana. Ada lelaki yang membawa pisau dan kemucing yang diakui buatan anak-anak cacat dan memintanya untuk membeli barang-barang itu. Ada juga lelaki yang mengaku kepadanya anaknya sakit dan dia butuh ongkos ke Cikokol. Tetapi penipu keempat ini diakui itu dirinya sendiri yang mengeluarkan uang 14.000 untuk menipu Tuhan agar diberikan berkah dari segala penjuru. Saya justru malah takjub dengan keputusan penipu keempat yang tetap dermawan kepada penipu-penipu yang datang padanya.

Kehidupan penulis pemula disorot dalam cerita Daruan. Novelnya diterbitkan oleh kawan kecilnya di Jakarta. Dan mimpi mendapatkan uang royalti kandas karena secara jujur kawannya itu menerbitkan secara indie dan novelnya dijual secara asongan. Miris sekali nasib Daruan. Saya tambah kesal ketika uang dari kawannya justru dibelikan novelnya sendiri hanya untuk meromantisasi nasib kepenulisannya. Dia tahu anak dan istri harus dinafkahi, dia tahu cincin istrinya masuk pegadaian demi ongkos ke Jakarta. Egonya ditonjolkan demi usaha yang berangin-angin.

Pasti kita pernah dengar soal tumbal penglaris warung dan di Warung Penajem kita diajak kenalan dengan suami istri bernama Kartawi dan Jum yang kehidupan mereka terangkat sejak Jum mengelola warung. Kartawi ragu dengan desas-desus tentang istrinya yang sudah memberikan tubuhnya kepada dukun bernama Koyor sebagai imbalan sudah membuat warungnya ramai. Ia pun menanyakan langsung dan jawabannya meremukkan hatinya. Walau begitu, Jum dan anak-anaknya sudah jadi bagian hidupnya selama ini yang sulit ditinggalkan begitu saja. Di sisi lain, jika mengingat kenyaataan penajem yang dilakukan istrinya itu hati Kartawi begitu kesakitan.

Perubahan seseroang bisa dikarenakan banyak faktor. Bahkan jika itu menyakut karakter baik. Ini digambaran dalam cerita Paman Doblo Merobek Layang-Layang. Paman Doblo yang dikenal masyarakat sebagai orang paling baik dan gemar menolong mendadak berubah sejak bekerja menjadi satpam di perusahaan kilang kayu. Prinsip hidupnya bergeser, kebaikannya hanya untuk yang memerintahnya. Membaca cerpen ini bikin mikir, pasti banyak banget orang yang berubah menjadi sosok lain karena tuntutan hidup, termasuk saya sendiri mungkin.

Kang sarpin Minta Dikebiri menceritakan Kang Sarpin yang meninggal sewaktu akan menjual beras akibat sepedanya tidak seimbang dan tubuhnya disambar mobil. Setelah ia meninggal, cerita bagaimana almarhum hidup terkuak. Citra Kang Sarpin memang kurang bagus, dikenal suka bertingkah aneh dan berlebihan, dan doyan main perempuan. Tapi banyak yang tidak tahu kalau sebelum kejadian naas itu Kang Sarpin menemui seseorang untuk minta tolong agar ia bisa jadi orang lebih baik.

Sudut pandang roh dipakai penulis ketika menyentil soal masyarakat perantauan yang mudik menjelang lebaran dan menyebabkan jalan jadi ramai. Utamanya untuk pamer, sisanya silaturahmi. Karsim, si tokoh utama bernasib naas harus tergilas mobil sewaktu menyebrang jalan hendak menuju sawah, padahal sebelumnya ia sudah menunggu lama di pinggir jalan dengan kekalutan sekadar menyebrang jalan. Ini bisa dibaca pada cerpen Akhirnya Karsim Menyebrang Jalan.

Nasib miris sebagai orang tua miskin kepada anaknya terjelaskan di cerita Sayur Bleketupuk. Parsih merasa bingung karena sudah menjanjikan kepada kedua anaknya; Darto dan Darti, untuk naik jaran undar di pasar malam, namun suaminya belum juga datang dari tempat proyek. Karena kebingungan yang makin bertambah, Parsih memutuskan memberi makan kedua anaknya sayur Bleketupuk. Sayuran yang bisa menghilangkan pusing dan membuat mengantuk. Keputusan yang keliru sebab rencana ke pasar malam jadi wacana walaupun suaminya akhirnya tiba meski terlambat.

Rusmi Ingin Pulang menceritakan kekhawatiran seorang Bapak yang akan menyambut anak perempuannya pulang setelah bekerja di luar kota. Pasalnya, masyarakat sudah menggunjing soal Rusmi, katanya ia bekerja di lingkungan pelacuran. Kang Hamim takut kepulangan anaknya tidak diterima warga. Bentuk cinta dari orang tua kepada anak salah satunya dalam bentuk kekhawatiran.

Kehidupan bekas terminal yang tragis dipaparkan dalam Dawir, Turah, dan Totol. Ketiganya berperan sebagai ayah, ibu, dan anak. Dawir jadi bapak Totol karena suka saja. Tidak ada yang tahu siapa bapaknya Totol, bisa jadi Dawir, bisa jadi Jeger si preman, bisa juga supir atau kernet lain. Turah menerima dirinya digarap demi melunasi jatah Dawir yang harusnya disetor. Di sini disentil juga soal penyakit menular seksual dan kemungkinan penularannya yang luas dari kalangan tunawisma.

Saya baru tahu istilah Harta Gantungan dari kumcer ini. Cadangan harta untuk biaya mengurus kematian pemiliknya. Kang Nurya punya kerbau dan dijadikan harta gantungan, sampai-sampai dia rela lehernya terus membengkak daripada harus menjual kerbaunya untuk berobat. Ia tidak mau jasadnya terbengkalai jika mati nanti. 

Pemandangan Perut mengajak kita untuk sadar kalau nilai kita dilihat orang sekitar. Melalui mata Sardupi yang bisa melihat beraneka macam pemandangan dalam perut orang-orang, patutnya kita menjaga diri. Ada pemandangan buah durian yang makin besar hingga durinya menembus kulit perut, ada gulungan gawat berduri yang berputar-putar menimbulkan suara kering dan menusuk telinga, ada pemandangan guru yang berdiri di depan kelas mengajar bidadara dan bidadari, dan masih banyak lainnya.

Pengalaman religius bertemu malaikat penyangga langit dialami Markatab saat ia ikut tahlilan. Prosesi agama yang sebagian umat membolehkannya, sebagian lain tidak mengharuskannya. Di cerita Salam dari Penyangga Langit kita akan diajak memahami makna tahlil untuk mereka yang mengerjakannya.

Bulan Kuning Sudah Tenggelam menjadi cerita favorit saya. Yuning berdebat dengan ayahnya tentang permintaan beliau agar pindah ke rumah dekat mereka. Tetapi suaminya, Koswara, menolak tawaran itu lantaran ia sakit hati kepada orang tua Yuning. Hati Yuning hancur saat tahu perdebatan itu merobohkan ketahanan ayahnya hingga meninggal. Dan ia bimbang kembali ketika niatnya menemani ibunya, justru ibunya menyuruh untuk menyusul suaminya. Drama desas-desus suaminya yang didekati mahasiswi cantik membuat Yuning menampilkan sosoknya yang lebih tenang dan anggun walaupun dalam prosesnya ia kesulitan. 

Saya merekomendasikan kumcer ini dibaca sebagai referensi untuk yang mau belajar membuat cerita. Karena dari kumcer ini saya jadi yakin untuk membuat cerita yang mengesankan tidak perlu membuat drama yang rumit, apalagi yang bertele-tele. Yang paling penting kita harus menyajikan ceritanya setulus mungkin.

Nah, sekian ulasan saya untuk kumcer Mata Yang Enak Dipandang ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!


0 komentar:

Posting Komentar