Resensi Buku Rumah Pohon Kesemek - Tsuboi Sakae


Judul:
Rumah Pohon Kesemek

Penulis: Tsuboi Sakae

Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari

Ilustrasi sampul dan isi: Puty Puar

Penerbit: Mai

Terbit: November 2022, cetakan pertama

Tebal: 64 hlm.

ISBN:


Keputusan paling tepat pas minat baca turun drastis ya harus pilih bacaan paling ringan dan tipis. Ini yang bikin saya mengubek tumpukan buku mencari bacaan ringan plus tipis demi menangkis gejala reading slump. Dan akhirnya saya memutuskan membaca buku dengan sampul kuning menyala dan ada gambar lucunya.

Buku cerita Rumah Pohon Kesemek ini menuturkan potret kehidupan Fumie dan Yoichi; kakak adik, selama tinggal di rumah yang di pekarangannya ada pohon kesemek. Pohon kesemek ini ditanam oleh Kakeknya kakek. Kemudian dirawat dengan apik oleh kakek hingga pohon kesemeknya berbuah dengan bagus, besar-besar, dan manis. 

Memelihara pohon dengan baik akan memberikan manfaat baik juga. Tapi kakek melakukan kekeliruan karena menyusun bebatuan sisa membangun sumur di sekitar pohon kesemek. Yang akhirnya membuat pohon kesemek tidak berbuah di tahun itu. Karena demi memperbaiki kesalahannya, kakek bekerja keras memindahkan bebatuan tadi hingga ia ambruk, sakit, dan pergi selama-lamanya. Di momen ini agak sedih membacanya sebab Fumie dan Yoichi harus mengalami kehilangan sosok yang disayanginya.



Namun selang waktu berlalu, Fumie dan Yuichi pun dilimpahkan kebahagian sebab mereka akhirnya punya adik, dan adik mereka kembar, keduanya laki-laki, yang diberi nama Hideo dan Shinnosuke. Yang bikin lucu, Paman Santaro suka usil bercanda mau meminta salah satu adik mereka sebab Paman Santaro dan Bibi Tsuneko belum dikaruniai anak. Kalau sudah dibencandi begitu, Yoichi akan menentang keras usul pamannya itu.


"Yoichi, kau tidak mau memberiku Shinnosuke? Kalau begitu Hideo juga boleh."

"Tidak mau. Dua duanya tidak boleh."


Membaca buku cerita ini akan membuat kita bernostalgia masa anak-anak dengan segala kepolosannya. Kesederhanaan dan keharmonisan begitu terasa hingga membawa kehangatan di dada saat membacanya. 

Menariknya lagi, buku ini disisipi banyak gambar lucu khas anak-anak. Gaya gambarnya mengingatkan saya pada buku pelajaran anak-anak pas tahun 90-an. Dan ini bikin saya makin betah membacanya sambil membayangkan gambarnya jadi berwarna.







Karena bukunya tipis, bisa dibaca dalam sekali duduk, dengan cerita yang ringan, buku ini bagus sebagai selingan setelah membaca deretan bacaan yang punya konflik sedang, bahkan berat. Lumayan bikin enteng otak dan bisa memelihara semangat membaca buku. Jadi saya merekomendasikan buku ini untuk dipilih jika kita sudah mulai mundur dalam membaca buku, entah dengan alasan apa pun kenapa bisa mengalami kemunduran tadi.

Sekian ulasan buku cerita Rumah Pohon Kesemek karya Tsuboi Sakae ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!