Resensi Novel Mao Mao & Berang-Berang: Penerbangan Ajaib ke Ujung Dunia - Clara NG

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]




Judul:
Mao Mao & Berang-Berang: Penerbangan Ajaib ke Ujung Dunia

Penulis: Clara NG

Penyunting: Arif Koes Hernawan & Dhewiberta H.

Ilustrasi sampul & isi: Larasita Apsari & Jarikecil

Penerbit: Penerbit Bentang

Terbit: April 2023, cetakan pertama

Tebal: vi + 246 hlm.

ISBN: 9786231860804



Mao Mao adalah bebek yang terlahir berbeda dibandingkan bebek lainnya. Kepalanya besar. Bulunya berwarna ungu magenta. Perbedaan itu yang membuatnya sering dijahili dan diolok-olok. Beruntung dia diasuh oleh Uni, induk bebek yang baik dan bijaksana, yang menyayanginya sepenuh hati. Dan Mao Mao baru tahu rahasia tentang siapa ibunya saat ia sudah remaja.

Mao Mao menjadi sosok yang serba ingin tahu, blak-blakan, dan keras kepala. Pertanyaan-pertanyaannya kerap menyusahkan bebek dewasa. Termasuk tentang kenapa bebek bermigrasi secara gerombolan? Apa tidak bisa bebek-bebek itu bermigrasi sendiri-sendiri?

Demi membuktikan kalau dia bisa pergi ke Danau Tak Bertepi sendirian, Mao Mao belajar terbang. Tak lama setelah ia bisa terbang, Mao Mao meninggalkan Negeri Anyaman menuju Danau Tak Bertepi.

Perjalanan Mao Mao melintasi banyak kerajaan. Dia bertemu banyak binatang lain. Dia belajar banyak hal. Sampai akhirnya Mao Mao menemukan apa yang ia mau bersama Berang-Berang.

***



Saya sebenarnya ingin menyebut novel dengan karakter binatang ini sebagai buku anak tetapi agak berat juga sebab di ujung kisah Mao Mao akan disisipkan cerita romantis. Tema petualangan yang sejak awal buku dikenalkan ke pembaca, ambyar juga di ujungnya. Novel ini tampaknya akan pas dibaca oleh remaja, persis seperti Mao Mao yang sudah tumbuh jadi remaja.

Sebagai cerita petualangan, saya suka dengan kerajaan-kerajaan yang disinggahi Mao Mao. Setiap kerajaan punya kekhasan sendiri. Misalnya Kerajaan Asap digambarkan sebagai wilayah industri yang dipenuhi asap dan limbah. Membayangkannya saja sudah bikin sesak. 

Kerajaan Keramik yang kemudian disinggahi Mao Mao seperti wilayah Arab, yang tandus dengan bentuk bangunan yang khas. Kalau di Arab bangunannya berbetuk kotak, kalau di Kerajaan Keramik berbentuk silinder. Dan kerajaan-kerajaan lainnya pun memiliki ciri yang membuatnya berbeda dibandingkan kerajaan lainnya.

Unsur magic pun akan kita temukan di cerita Mao Mao ini. Yang paling kentara banget adalah kehadiran Rusa yang selalu siaga ketika Mao Mao dalam situasi kesusahan. Saya tidak tahu karakter Rusa ini sebagai apa sebenarnya, tetapi kehadiran dan jasanya itu sudah seperti malaikat saja.

Sebagai cerita dengan tokoh hewan, kita akan menemukan banyak sekali hewan-hewan lain yang meramaikan kisahnya. Sayangnya, saya tidak menemukan kedalaman karakternya kecuali tokoh Rusa, Monyet, dan Berang-Berang. Yang lainnya terlupakan begitu saja.

Secara alur cerita, apa yang dilakukan Mao Mao sebagai pembuktian diri, tidak cukup mengesankan ketika sudah terwujud di bagian kisah akhirnya. Saya menangkap cerita ini bukan soal membuktikan diri melainkan cerita tentang mencari jati diri. 

Lika-liku yang dilalui Mao Mao dalam perjalanannya membuat dia memahami apa yang ia mau. Dan tentu saja keputusan yang dipilih Mao Mao berdasarkan kebahagiaan. Demi menuju pembelajaran itu, kita akan disuguhkan lebih dulu drama Mao Mao yang frustasi karena sayapnya patah. Pada bagian ini memang menyedihkan.

Secara keseluruhan, saya suka dengan buku ini tapi belum begitu mengesankan. Saya belum siap saja membaca cerita hewan yang terlalu panjang. Karena biasanya cerita hewan itu tidak serumit dan sepelik yang dialami Mao Mao. Kalau saja cerita ini diwakili oleh tokoh manusia, rasanya pasti akan berbeda. Mungkin akan lebih bisa relate dalam memahami emosi dari tokoh-tokohnya.

Sekian ulasan saya untuk novel ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

0 komentar:

Posting Komentar