Penulis: Yuli Pritania
Editor: Cicilia Prima
Sampul: Teguh
Penerbit: PT Grasindo
Terbit: Agustus 2016, cetakan pertama
Tebal: 232 hlm.
ISBN: 9786023756520
Novel Dublin ini adalah bagian dari series A Love Story punya Penerbit Grasindo. Total series ini ada enam novel dengan memakai judul yang diambil dari nama kota. Dan saya sudah membaca dua novel lainnya sebelum ini; Roma (Pia Devina) dan San Francisco (Ziggi Z.)
Novel Dublin ini menceritakan tentang tokoh perempuan bernama Cinta Wihelmia Baratha atau Mia yang sebentar lagi bakal menikah dengan tunangannya; Aditya, sedang galau sebab skenario film yang harus dibuatnya belum juga mendapatkan ide yang jelas. Adiknya bernama Alana menyarankan Mia agar melakukan perjalanan ke Irlandia pada momen Satu Hari Berani sebagai perayaan ulang tahun, sekaligus agar Mia mendapatkan ide menarik untuk karyanya.
Tawaran yang membingungkan karena Mia ini tipikal gadis yang terencana dan introvert. Namun pada akhirnya ia tetap berangkat ke Irlandia dan akan tinggal di sebuah hotel di Dublin sesuai rekomendasi Patrick, orang tua yang ditemuinya di pesawat.
Mia tidak menyangka jika perjalanannya kali ini mempertemukannya dengan Ragga, sahabatnya di SMA yang sempat mengusik hatinya, namun mereka keburu harus berpisah. Kisah romansa mereka mulai merekah kembali selama di Dublin. Tapi Mia tahu jika hatinya harus dijaga karena ada seseorang yang menunggunya di Indonesia dengan rencana pernikahan yang sebentar lagi digelar.
***
Ide ceritanya sungguh menarik sekali. Di awal saya sudah dibikin penasaran kira-kira keputusan apa yang akan dipilih Mia menyakut tunangannya dan cinta pertamanya. Karena tentu saja posisi Mia sudah sulit, memutuskan pertunangan itu lebih berat dilakukan ketimbang memutuskan pacaran. Terlebih karena hubungan mereka sudah terikat juga dengan keluarga masing-masing, bukan lagi soal antara pasangan Mia dan Aditya saja.
Sisi romansa di novel ini memang kental sekali tetapi tidak bikin mengernyitkan dahi. Saya suka dengan kadar romansanya, hal-hal romantis yang ada di novel ini sejalan dengan usia tokoh-tokohnya. Saya lebih suka menyebutnya Romansa Kedewasaan; romansa yang enggak melulu cinta-cintaan bucin tetapi romansanya dibarengi dengan sikap tanggung jawab, melindungi, memahami, bahkan penuh pengertian.
Rasa drama yang intens bakal dirasakan pas menjelang akhir buku ketika Alana terus-terusan meyakinkan Mia soal pernikahannya. Bahkan Mamanya pun turun tangan untuk menjernihkan pikiran Mia agar tidak keliru mengambil keputusan.
"Apa semua korban yang diselamatkan harus nikah ama pahlawannya? Kalau iya, semua penduduk Gotham City harus nikah sama Batman! Setiap personel pemadam kebakaran bakal punya seenggaknya lima istri! Jangan konyol, Mbak Mia!" (hal. 211)
Dublin sebagai kota yang dijadikan setting cerita sangat tergali dengan baik. Saya seperti sedang diajak tour sepanjang jalan di kota tersebut, yang ternyata mempunyai banyak museum. Ciri mencolok lainnya dari kota Dublin adalah adanya The Spire Dublin dan banyak patung tokoh-tokoh penting.
Di novel ini kita akan dilimpahi banyak informasi soal apa saja yang menarik di kota Dublin dan Negara Irlandia. Dan menurut saya akan lebih baik jika informasi tersebut disisipi dengan ilustrasi. Misal, melampirkan peta jalan Kota Dublin, sebab pada saat Mia dan Ragga jalan-jalan, penulis begitu ahli menarasikan setiap rutenya. Ada momen saya kebingungan saat mereka jalan-jalan antar museum, apakah antar museum itu memang sedekat itu ya makanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Dan fungsi peta jalan ini untuk membantu saya atau pembaca lain membayangkan setiap lokasinya.
Akan menarik juga jika bangunan-bangunan penting tadi, seperti museum dan perpustakaan, dibuat ilustrasinya juga. Biar pembaca makin hafal dengan bangunan-bangunan ikonik tadi.
Di sini juga banyak kosakata yang menggunakan Bahasa Irlandia/Irish. Termasuk nama orang dan nama masakan khas sana. Saya sempet kaget karena pelafalannya rumit juga ya dan beda banget dengan tulisannya.
Untuk tokoh Mia digambarkan sebagai sosok introvert, orang yang terencana, enggak enakkan, dan kurang ekspresif. Secara keseluruhan bisa dibilang sosok yang tenang. Karakter dia ini sangat relate dengan saya, sama-sama pemalu, jarang mau memulai dalam berkomunikasi, dan lebih senang berada di lingkungan yang tenang dan sudah akrab. Kekurangan orang seperti Mia dan saya ini adalah gampang terjebak lingkungan/situasi zona nyaman. Untuk bisa menghadapi hal baru kami butuh ekstra keberanian. Bukan takut menghadapinya ya, tapi lebih ke kurang percaya diri bakal bisa mengendalikan situasi baru tadi.
Sedangkan tokoh Ragga sama tipenya seperti Mia. Yang berkembang dari karakter Ragga versi dewasa adalah dia bisa memutuskan lebih bijaksana seharusnya lelaki dewasa. Egonya lebih banyak diturunkan. Dia bisa memilih prioritas sesuai keadaan di depan mata. Makanya Ragga ini sempat mengesampingkan urusan hatinya dan memilih menstabilkan dulu kondisi keluarganya setelah Papanya meninggal.
Aditya sebagai tunangan Mia memerankan poin penting dalam jalan cerita. Tapi memang penulis kurang menggali lebih dalam soal latar belakangnya. Yang saya kenal dari Aditya ini adalah dia lelaki yang mencari pasangan penurut, berkebalikan dengan karakter ibunya. Dia juga lelaki yang tahu kapan harus berjuang dan tahu kapan harus merelakan. Tergambarkan jelas ketika dia berusaha mendapatkan Mia di awal pacaran, dan ketika dia harus membuat keputusan menahan atau melepaskan Mia saat dia mulai mengetahui perasaan masa lalu tunangannya.
Dari novel Dublin ini saya belajar kalau untuk urusan hati dan memilih pasangan jangan pernah didasari rasa kasihan. Apa yang akan kita jalani dengan pasangan itu bisa seumur hidup lho, masa mau pura-pura terus soal perasaan. Kata orang, rasa suka dan cinta itu bisa dipelajari sambil jalan. Dan menurut saya pesan tadi belum tentu cocok dengan semua orang. Saya tidak akan berjudi soal keberlangsungan hubungan dengan pasangan. Lebih baik dari awal kita memilih pasangan yang bisa kita sayangi dan cintai dengan baik, begitupun sebaliknya. Hati kita harus jujur soal pasangan.
Saya merekomendasikan novel Dublin karya Yuli Pritania ini karena cerita romansanya menarik dan dewasa. Dan dan latar Kota Dublinnya cukup bisa membawa kita tour ke sana.
Sekian ulasan saya kali ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!
Kalo baca tulisan tentang cerita ringkasan ini,saya jadi ngebayangin gimana bingungnya Mia, melepaskan atau justru sebaliknya, sudah terikat dengan pasangan sementara bertemu dengan mantan , rasanya koq egois banget kalau sampai harus putus dengan Aditya,di satu sisi dia gak bisa menghilangkan gitu aja perasannya,..jadi terjebak dengan masa lalu,.... sayapun tipe introvert ,susah buat membaur di tengah keramaian, tapi bukan berarti saya anti sosial,cuman ngerasa lebih nyaman di lingkup yg kecil hehe
BalasHapusMakanya ada yang bilang kalau sudah mau ke pernikahan itu godaannya gede, dan kebanyakan malah ketemu mantan-mantannya yang bisa bikin ragu. Terus kalau sudah tunangan atau mau nikah, enggak mudah menggagalkan rencananya itu.
HapusSaya juga gitu Mbak, lebih seneng dengan lingkungan kecil. Kalau dibawa ke keramaian, baru beberapa saat aja bisa langsung lemes, energinya serasa terkuras habis, hehe.
saya kalau novel tentang cinta lebih suka nonton filmnya aja,
BalasHapuslebih enak kalau dibuat film sih
Bener Kang, lebih baik lagi divisualisasikan. Enggak bisa bayangin shootingnya di luar negeri. Pasti menarik banget.
HapusPasti Mia bingung ya, pilih cinta pertama apa tunangan nya. Cinta pertama itu susah di lupakan.😂
BalasHapusBiasa Mas Agus, godaan sebelum menikah, pasti ada aja, hehe
Hapus