Judul: Le Petit Prince (Pangeran Cilik)
Penulis: Antoine De Saint-Exupery
Penerjemah: Henri Chambert-Loir
Desain sampul: Marcel A. W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2022, cetakan kedua puluh tujuh
Tebal: 120 hlm.
ISBN: 9786020323411
Pangeran Cilik termasuk buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Konon pernah disadur ke 230 bahasa asing. Buku ini memang luar biasa. Tampaknya seolah cerita anak-anak, tapi sebenarnya dinikmati dan direnungkan juga oleh orang dewasa. Lewat cerita seorang anak yang mengamati dunia dengan mata naif dan lugu, Saint-Exupery menyentuh beberapa nilai dan pengalaman manusia paling dasar, seperti kekuasaan, tanggung jawab, dan cinta. Dongeng yang mengharukan sekaligus amat mendalam ini termasuk karya-karya agung sastra dunia yang tidak terlupakan.
***
SINOPSIS
Tokoh Aku, pada usia enam tahun, melihat gambar ular sanca yang melilit mangsanya pada sebuah buku. Lalu ia pun membuat gambar versinya sendiri; ular sanca menelan gajah, dan saat disodorkan kepada orang dewasa, persepsi mereka berbeda dengan pemahaman si Aku. Gambar tersebut dibilang gambar topi. Lalu si Aku menggambar versi terbuka yang menunjukan lebih jelas kalau yang ia gambar itu ular sanca memakan gajah. Tetapi orang dewasa mengatakan kalau ilmu bumi, ilmu hitung dan ilmu sejarah, dianggap lebih penting. Sejak itu si Aku berhenti menggambar dan memilih profesi menerbangkan pesawat terbang setelah ia dewasa.
'Orang dewasa tidak pernah mengerti apa-apa sendiri, maka sungguh menjemukan bagi anak-anak, perlu memberi penjelasan terus-menerus.' -hal. 8-9
Suatu hari pesawat yang dikendarainya mengalami kerusakan dan ia pun mendarat di Gurun Sahara. Sendirian ia harus membetulkan kerusakan pesawatnya, dan air minum yang tersisa hanya cukup untuk seminggu.
Satu subuh, si Aku bertemu dengan sosok Pangeran Cilik yang memintanya menggambar seekor domba. Dan dari pertemuan ini, si Aku dan Pangeran Cilik mengobrol banyak hal hingga si Aku mengenali Pangeran Cilik lebih dalam.
Pangeran Cilik banyak bertanya dan secara tidak sadar ia menceritakan siapa dirinya. Tentang planet tempat ia berasal, tentang bunga mawar, tentang pohon baobab, dan tentang perjalanannya melintasi planet-planet hingga akhirnya ia mencapai Bumi.
Di planet pertama, Pangeran Cilik bertemu dengan raja yang berkuasa. Di planet kedua ia bertemu seseorang yang sombong. Di planet ketiga ia bertemu dengan pemabuk. Di planet keempat ia bertemu dengan pengusaha. Di planet kelima dihuni ia bertemu penyulut lentera. Dan di planet keenam ada ia bertemu lelaki tua yang menulis buku-buku tebal. Bumi adalah planet ketujuh yang disinggahi Pangeran Cilik dan ia terdampar di Gurun Sahara.
Di Bumi, Pangeran Cilik bertemu dengan ular gurun, bunga berkelopak tiga, kebun mawar, seekor rubah, tukang wesel rel kereta api, dan penjual pil. Orang terakhir yang ditemui Pangeran Cilik sepertinya adalah si Aku ini.
Perjalanan yang penuh petualangan membuat Pangeran Cilik mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu, ia juga mendapatkan pengajaran moral soal kehidupan.
***
IDE CERITA
Kalau ada yang bilang ini buku anak, bisa benar. Soalnya karakter Pangeran Cilik ini memang masih anak-anak, walau enggak jelas umur berapa. Dan gaya dia bicara dan berpikir juga masih polos seperti anak-anak pada umumnya, yang serba tidak tahu dan penasaran pada banyak hal.
Di buku ini Pangeran Cilik berpetualang melintasi planet-planet dan bertemu penghuninya. Tema petualangan bukannya tema yang umum di buku anak-anak. Ditambah unsur fantasi khas dongeng sangat kental ditemui di buku ini. Misal, Pangeran Cilik bisa bercakap-cakap dengan tumbuhan dan binatang. Jadi pantaslah kalau buku ini bisa dikategorikan sebagai buku bacaan anak-anak.
Lalu, kalau mau dibilang buku untuk pembaca dewasa, ada benarnya juga. Isu yang disinggung di beberapa bagian memang lebih pas dibaca oleh orang dewasa sebagai pengingat. Contohnya seorang astronom Turki yang mengabarkan soal keberadaan Asteroid B 612, tidak dipercayai orang-orang hanya karena ia memakai baju daerahnya. Tapi selang bertahun-tahun kemudian, dia menyampaikan informasi yang sama dengan memakai baju modern, orang-orang langsung percaya. Perkara baju bisa merubah penilaian. Ini sifat manusia sih, gampang menilai dari apa yang tampak di mata.
Manusia dewasa juga disindir sebagai orang yang suka angka-angka. Dibilangnya, orang dewasa jarang menanyakan hal penting di luar angka kepada orang lain, misalnya apa kegemarannya, bagaimana kesehatannya, atau bagaimana kondisi keluarganya. Tetapi kebanyakan mereka menanyakan pertanyaan yang ada angkanya, misal tinggal di rumah nomor berapa, cicilan rumah berapa, gaji sebesar apa, sudah punya anak berapa, dan masih banyak pertanyaan serupa lainnya.
Banyak sekali pelajaran moral yang disinggung oleh pertanyaan Pangeran Cilik kepada si Aku. Kita sebagai pembaca akan diingatkan nilai-nilai yang mungkin sudah tidak kita perhatikan. Walau buku ini lucu, tapi kalau dibaca oleh pembaca dewasa, buku ini justru mengajak untuk merenung.
Untuk ending ceritanya dapat saya pahami secara garis besar. Tapi untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi, kayaknya perlu dibaca ulang sebab beberapa kalimat malah membingungkan alurnya.
"Jadi bukan kebetulan kalau pagi-pagi hari aku mengenalmu, delapan hari yang lalu, kamu sedang berjalan-jalan sendirian, seribu mil jauhnya dari pemukiman orang? Kamu waktu itu sedang kembali ke tempat jatuhmu?" -hal. 101
Dan setelah saya membaca sampai akhir buku, saya berasumsi jangan-jangan si Pangeran Cilik ini tuh hanya halusinasi si Aku ketika ia terdampar di Gurun Sahara seorang diri. Jadi, dengan sendirinya dia menciptakan satu tokoh khayalan di otaknya yang ia ajak bicara dan diajak berkeliling gurun, saking si Aku ini mengalami dehidrasi dan guncangan mental karena mesti bertahan sendirian. Ini PR sih buat saya untuk membaca ulang bukunya agar lebih mengerti secara keseluruhan. Kalau sekali baca, bisa saja ada pemahaman yang terlewatkan.
PLOT/GAYA BERCERITA/POV/KARAKTER
Alur novel Pangeran Cilik ini menggabungkan alur maju dan mundur. Namun dominannya alur mundur, sebab penulis mesti menjabarkan siapa Pangeran Cilik, dari mana dia berasal, dan bagaimana perjalanan dia yang akhirnya bisa sampai ke Bumi.
Menurut saya penulis berhasil membuat cerita sederhana tapi berbobot. Terkesan buku anak-anak tapi banyak isu orang dewasa yang diangkat. Makanya tidak heran kalau buku ini laris dimana-mana. Dan untuk kualitas terjemahannya sudah sangat bagus. Cerita Pangeran Cilik ini mudah dinikmati berkat diksi-diksi yang tidak aneh-aneh.
POV yang dipakai penulis adalah sudut pandang orang pertama. Tetap mempertahankan ke'aku'annya meski fokus cerita sebenarnya lebih banyak ke Pangeran Cilik.
Si Aku ini tidak tampak spesial. Dia hanya orang dewasa yang suka menerbangkan pesawat setelah mengubur mimpinya menjadi pelukis. Sedangkan Pangeran Cilik adalah sosok kecil yang polos, lugu, dan punya keingintahuan yang besar. Biar pemikir, tapi tidak dengan pikiran yang liar dan aneh. Karakternya mewakili sifat anak-anak pada umumnya, yang kepo.
BAGIAN FAVORIT
Siapa sih yang enggak sedih pas perpisahan? Apa lagi selama delapan hari mereka ngobrol bareng, bahas banyak hal, dan tiba-tiba terucap perpisahan. Huhuhu, sedih.
'Hanya tampak satu kilat kuning dekat pergelangan kakinya. Sejenak ia tidak bergerak. Ia tidak berteriak. Ia rebah dengan pelan bagaikan pohon tumbang. Tanpa bunyi, karena pasir.'-hal. 110.
PETIK-PETIK
Terlalu banyak pesan moral yang diungkapkan melalui petualangan Pangeran Cilik di buku ini. Pesan pertama yang disampaikan penulis melalui tokoh si Aku yang galau sejak gambar gajah di tubuh ular dibilangnya gambar topi adalah jangan pernah mematahkan semangat seseorang. Bukan kepada anak kecil saja, kepada orang dewasa pun. Kita punya keberanian yang beda-beda dalam membuat keputusan. Bagi sebagian orang, pendapat orang lain bisa menjadi gunting yang jika salah digunakan akan memutus semangatnya.
Lalu, sindiran halus mengenai kekuasaan dan cara berkuasa disampaikan saat Pangeran Cilik singgah di planet pertama yang dihuni oleh seorang raja. Menurutnya, kekuasaan dan perintah dari penguasa harus masuk akal agar dipatuhi rakyatnya. Kayaknya buku ini harus dibaca oleh penguasa dan anak buahnya di Indonesia ini, biar paham salah satu nilai yang harus dimiliki oleh seorang penguasa.
"Tepat! Setiap orang harus diminta apa yang dapat ia berikan," sambung Raja. "Kekuasaan berasaskan akal. Jika kamu menyuruh rakyatmu menceburkan diri ke laut, mereka akan memberontak. Aku berhak menuntut kepatuhan, sebab perintah-perintahku masuk akal." -hal. 46
Di planet lima yang dihuni oleh penyulut lentera, kita bisa belajar mengenai konsep taat aturan dan bertanggung jawab. Di sini penyulut lentera akan mematikan dan menghidupkan lentera dalam satu menit. Ia melakukannya secara taat walau ia tidak punya waktu untuk istirahat. Menurut si Penyulut Lentera, "Aturan adalah aturan." Bayangkan kalau kita berada di posisinya, kita pasti akan meninggalkan tugas tersebut dengan mengeluarkan banyak pembenaran. Dari cerita ini kita memang harus benar-benar melakukan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.
Masih banyak nilai moral lain yang bisa kita petik, tapi alangkah lebih baiknya jika kalian membaca bukunya langsung. Akan lebih mengena ke relung sebab kita sendiri yang menentukan kapan mau meresapi nilai-nilai tersebut.
NILAI
Membaca buku terkenal yang sering wara-wiri dibicarakan orang-orang menjadi kebanggan sendiri. Setidaknya sebagai pembaca buku, saya pernah membaca buku yang dibaca banyak orang di seluruh dunia juga. Dan untuk cerita Pangeran Cilik dan petualangannya ini saya berikan nilai 4/5 bintang.
Novelnya punya cerita ringan dan menyenangkan tapi mengajak kita untuk menjadi lebih baik pula. Bukankah berharga banget kan bisa baca buku yang seperti ini?
Hal menyenangkan lainnya, di buku ini kita disuguhi ilustrasi berwarna yang cakep-cakep pisan. Tidak membosankan membuka halaman demi halamannya.
Nah, sekian ulasan saya. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!
Pangeran cilik ini bisa dibilang buku anak yang beda ya. Bisa dibaca sama orang dewasa, tapi harus melihat dari sudut pandang anak2 biar makin terasa hikmah yang mau disampaikan penulisnya
BalasHapusIya Kak Ila, saya malah agak was-was ketika anak-anak baca buku ini, apakah mereka akan paham hikmah ceritanya. Ini kali ya pentingnya orang tua mendampingi anak dalam hobi membaca buku, biar memperjelas isi bukunya dengan bahasa lebih sederhana yang lebih mungkin dipahami anak-anak.
Hapus