gambar diunduh dari akun twitter penerbit |
Judul: Deliverance: Dimensional Fugitive
Penulis: Shireishou
Editor: Donna Widjajanto
Penerbit: Mekar Cipta Lestari
Terbit: Desember 2020
Tebal: vi + 218 hlm.
ISBN: 9786239435547
***
Melintasi ruang dimensi demi menyelamatkan diri adalah satu-satunya yang bisa mereka lakukan. Seorang pemuda tujuh belas tahun hidup berdua dengan adiknya yang baru berumur sebelas tahun. Mereka hanya ingin hidup tenang, tapi selusin pembunuh siap menghabisi keduanya.
Ketika kehidupan keras di dunia yang sudah bobrok membuat keduanya harus berjuang sekuat tenaga untuk bertahan hidup, Alf dihadapkan pada pilihan: Membunuh atau Dibunuh. Akankah ia bisa melindungi adiknya, Neysha?
Berapa dimensi yang harus ia lalui sebelum bisa menemukan jawaban? Ataukah ia harus terus menyaksikan kematian Neysha di setiap dimensi yang berbeda?
***
Novel Deliverance menceritakan pemuda bernama Alf yang selalu diburu pembunuh berjubah hitam utusan Pemimpin dari dunia Utopia Phonixkralle. Dia berjuang melindungi Neysha yang pada beberapa dimensi selalu mati terbunuh. Dan anehnya setiap kali ada yang terbunuh, portal akan terbuka lalu Alf akan terseret ke dalamnya. Di dimensi yang baru, Alf akan bertemu kembali dengan Neysha. Selama perpindahan dimensi, ada ingatan Alf yang hilang, tapi Neysha yang dia temui selalu bisa mengingat kejadian yang menimpa Neysha di dimensi lain.
Banyak pertanyaan yang tidak Alf temukan jawabannya. Tapi Alf tetap teguh pada pendiriannya untuk melindungi Neysha dari pembunuh yang mengincar mereka.
Ternyata membaca novel science-fiction lumayan menantang. Saya tidak bisa membaca cepat karena perlu paralel membayangkan adegan sesuai narasi. Dunia dimensi yang dibangun penulis berubah-ubah. Ada dimensi mesin, ada dimensi angkasa, ada juga dimensi tanpa teknologi. Tentu jadi pekerjaan berat bagi penulis untuk menyusun narasi latar sedetail dan semudah mungkin dibayangkan pembaca.
Pada beberapa dimensi, penulis tidak menggali secara mendalam latarnya. Sehingga ada dimensi yang sekedar transit saja. Misal ketika Alf terseret ke dimensi angkasa, baru saja dia siuman, langsung terjadi pertarungan dan berakhir Alf kembali terseret ke dimensi lain, tanpa menelusuri dimensi angkasa seperti apa yang dia singgahi.
Tema petualangan dalam novel ini kurang kental. Mungkin karena dimensi yang dikunjungi Alf tidak tereksplorasi. Yang membuat saya bertahan menyelesaikan novel ini karena penasaran bagaimana keseruan pertarungan Alf dan Pemimpin sebagai puncak konfliknya. Dan ternyata penulis menyisipkan plot twist menjelang akhir cerita. Tapi buat saya tidak mencengangkan sebab dari awal Alf dan Neysha tidak mempertanyakan poin itu.
Emosi dan karakter tokoh serba jadi tanggung. Yang paling utuh hanya tokoh Alf saja. Neysha, Fayne, Ibu, dan Pemimpin jadi tokoh figuran karena kemunculan mereka sedikit sehingga susah mengenali karakter mereka yang sesungguhnya. Kecuali Neysha, walau muncul lumayan sering, tapi dia mengalami perubahan yang begitu cepat di dimensi lain sehingga karakternya terasa berubah-ubah.
Novel petualangan menjanjikan memacu adrenalin, tapi di novel ini saya mendapatkan sedikit sekali hal itu. Saya keburu pusing membayangkan gambaran dimensi, dan ditambah pusing membayangkan adegan berkelahi yang sampai berdarah-darah. Entah apa yang kurang, luka-luka yang menimpa Alf pun tidak menimbulkan nyeri dan linu. Padahal sebelumnya saya pernah membaca pembukaan cerpen 'Dongeng Pengantar Kematian' di buku Jangan Pulang Jika Kamu Perempuan karya Riyana Rizki yang bikin saya mual dan linu meski hanya beberapa paragraf saja.
Secara keseluruhan, membaca novel dengan balutan science-fiction menjadi pengalaman baru bagi saya. Dan tentu saja saya tidak akan menyerah untuk menikmati tipe cerita serupa. Untuk novel Deliverance ini saya memberikan nilai 2 bintang dari 5 bintang.
Sekian ulasan dari saya, terakhir, jaga kesehatan dan terus membaca buku!
Kirain tadi buku terjemahan nonfiksi, tertanya fiksi sains karya penulis lokal ya mas? Idenya keren tentang dunia multidimensi. Tetapi, ya sering kita jumpai dalam karya-karya fiksi fantasi lokal memang banyak yang penggarapannya serba nanggung padahal ide ceritanya bagus.
BalasHapusIya Mas Dion ini buku fiksi sci-fi buatan penulis lokal. Kayaknya memang rada menantang bagi penulis kita untuk membuat buku fiksi SciFi yang bisa relate dengan pembaca tanpa pusing pas bacanya. Apalagi kalo membuat dunia yang benar-baru, kayaknya bakal perlu riset yang lebih mendalam.
HapusSemoga penulis yang sudah masuk di penulisan novel scifi terus bersemangat dalam menerbitkan novel-novel-novel ini agar ada perkembangan ke yang lebih baik.