Judul: The Hen Who Dreamed She Could Fly
Penulis: Hwang Sun-Mi
Penerjemah: Dwita Rizki
Editor: Harum Sari, Dian Pranasari
Penerbit: Penerbit BACA
Terbit: November 2020, cetakan pertama
Tebal buku: x + 214 hlm.
ISBN: 9786026486523
***
Dari balik kandang, seekor ayam petelur yang menamai dirinya sendiri Daun selalu menyaksikan kehidupan keluarga halaman yang penuh kebahagiaan. Ayam Betina mengerami telur. Beber-bebek berbaris menuju bendungan. Anjing Tua yang selalu kalah ketika berebut makanan dengan Ayam Jantan. Daun ingin berhenti menjadi ayam petelur. Daun ingin keluar, bebas, dan menjadi ibu; bertelur dan mengeraminya.
Tatkala kesempatan keluar kandang tiba, Daun harus berhadapan dengan penolakan keluarga halaman dan ancaman Musang lapar yang hendak menerkam. Hidup di luar kandang tidak semudah yang daun bayangkan. Namun Daun berhasil menetaskan Jambul Hijau, seekor anak bebek yang berbeda dengan bebek-bebek di halaman.
The Hen Who Dreamed She Could Fly adalah dongeng indah yang menguatkan tekad untuk memupuk impian. Sebuah kisah tentang bersikap penuh kasih sayang, keberanian, pengorbanan, dan tulus mencintai tanpa membeda-bedakan. Begitu diterbitkan, The Hen Who Dreamed She Could Fly langsung mencuri perhatian pembaca Korea. Berada di daftar buku terlaris selama sepuluh tahun berturut-turut dan menginspirasi film animasi terpopuler dalam sejarah Korea.
***
cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Ditulis oleh penulis berasal dari Korea dan novel ini laris diterjemahkan ke banyak bahasa.
Premisnya, seekor ayam betina petelur yang memiliki keinginan untuk punya kehidupan seperti ayam betina umumnya: mengerami telur, menyaksikan anaknya menetas, dan bisa menikmati kehidupan normal bersama anak-anaknya. Tapi sebagai ayam petelur, dia meradang setiap kali melihat telurnya diambil majikan dan entah diapakan. Keinginan ini yang membuat gairah hidupnya menurun, diliputi kesedihan.
Begitu ada kesempatan untuk keluar kandang, Daun si ayam petelur ini, menghadapi banyak kesulitan: diincar Musang si Pemangsa, ditolak oleh keluarga halaman, tidak punya sarang, dan kelaparan. Tapi mimpinya yang bikin Daun kuat. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah telur dan mengeraminya. Bahagia membuncah karena impiannya terwujud. Namun begitu menetas, yang lahir ternyata anak bebek liar. Ini tantangan baru, dia akhirnya punya anak, tapi bebek yang dipelihara ayam betina tetaplah bebek.
Dongeng Petualangan
Cerita apa pun, jika ada unsur petualangan, menurut saya selalu menarik. Ada nilai perjuangan, latihan kesabaran, dan pendewasaan, yang membuat petualangan itu bernilai lebih. Walau karakter di novel ini adalah hewan, namun nilai yang selipkan pada kisahnya relevan untuk kehidupan manusia.
Petualangan yang saya maksud tentu saja perjalanan Daun menemukan sarang baru, pelariannya mencari sarang aman untuk anaknya, dan pertemuannya dengan kebanyak kejadian yang menegangkan ketika jadi sasaran si Musang. Saya yakin kisah petualangan hewan begini akan menarik perhatian anak-anak jika orang tua bersedia menceritakannya. Hitung-hitung menanamkan nilai-nilai kebaikan sejak dini, hehe.
Kemasan Sederhana Tapi Memikat
Karena ini cerita fabel, penulis mengemas kisahnya dengan diksi sederhana. Alur cerita, kejadian-kejadian, dan konflik yang dibangun penulis tidak menyimpang dari kewajaran prilaku hewan. Penilaian ini yang membuat buku ini disajikan apa adanya. Saya menyebut demikian karena beberapa kali saya menemukan cerita hewan yang prilakunya manusia banget, misal kelinci menggunakan ponsel, anjing menggunakan sepeda, atau hewan lain yang melakukan aktifitas manusia atau menggunakan fasilitas manusia. Tidak keliru sebenarnya, tapi menurut saya berlebihan.
Dengan kemasan sederhana tapi memikat ini, pembaca jadi belajar bagaimana prilaku hewan tertentu. Misal hewan bebek yang suka berkelompok, ayam jantan yang kadang superior, dan musang yang punya naluri memangsa. Lumayan bukan untuk nambah wawasan soal hewan-hewan.
Ada Bawang-Bawangnya
Dulu sekali, saya pernah membaca buku fabel, dan kebanyakan memiliki jalan cerita yang mencerahkan. Misal, cerita Tokek mengejek Semut yang mengumpulkan makanan setiap hari. Begitu musim hujan dan banjir, Semut punya persediaan makanan sedangkan Tokek kelaparan. Akhir cerita Semut berbagi makanan dengan Tokek.
Namun di buku ini cerita dibuat kental dengan emosi sedih. Apalagi menjelang akhir kisah, Daun harus merelakan Bebek Jambul Hijau pergi bersama kelompoknya untuk melanjutkan perjalanan migrasi. Alasan jadi momen sedih karena kedekatan yang terbangun antara Daun dan Bebek Jambul Hijau sudah seperti ikatan ibu dan anak. Dan perpisahan ibu dan anak selalu menjadi titik paling menyedihkan, apalagi di kehidupan manusia.
Bermimpi, Berjuang, Ikhlaskan
Ketiga pesan ini begitu terasa di dalam kisah Daun. Bermimpi; Daun mengajarkan untuk memiliki impian setinggi dan semutahil mungkin. Jika itu bisa membuat kita bahagia. tidak salah jika dicoba dulu. Berjuang: Dalam mewujudkan impian yang besar tadi, dibutuhkan usaha yang lebih besar dan lebih giat. Jangan harap akan menemukan jalan mudah, sebab setiap proses mencapai sesuatu akan ditemukan kerikil-kerikil yang mesti dihadapi. Ikhlaskan: Setelah melalui proses panjang untuk mewujudukan impian besar kita, apa pun hasilnya, kita mesti memiliki hati yang luas untuk proses terakhir, mengikhlaskan hasil yang sudah kita upayakan, apa pun ujungnya.
Sekian ulasan saya, terakhir, jaga kesehatan dan selamat membaca buku!
good sekali infonya
BalasHapusVisit Us
Terima kasih sudah mampir :)
HapusYa Alloh....uda ga bisa betkata kata lagi..bagus banget cara ngereview kamubdin...hiks
BalasHapusoh ya dari mulai baca blurbnya aku langsung terkesima dengan bahasanya yang sederhana namun indah. Naturalnya cerita hewan aka fabel. Aku juga jadi menyelami segimana ngenesnya jadi Daun...udahlah ia ngerami telur setiap waktu..e telurnya diambil...mungkin untuk dijual dan kebutuhan konsumsi ya sehingga ga ada yang bakal jadi anak...soalnya muncul di piring bareng nasi semua huhu #sedih...sampai akhirnya ia ngambek..putus asa dan nekad keluar sarang ...mau gabung ke keluarga halaman tapi ditolak hufy pedihnya
lalu yang paling seram tentu saja sampai diincar musang
dan lagi pas moment netesin bebek jambul hijau juga jadi kayak suatu bagian teroentingnya dari ini cerita ya din...terlebih akhirnya dibesarkan dan sampai pula saat saat perpisahannya karena si anak bebek asuhan ikut bermigrasi bersama kelompoknya. Ya Alloh ikutan haru....
bagus din
aku jadi pengen baca loh..
Sumpah, buku ini dari awal sudah bikin saya terenyuh, soal Daun yang memang dia itu ayam petelur, tapi ingin jadi induk ayam yang sempurna. Takdir dia bukan itu, tapi dia keukeuh ingin begitu. Nelangsa, sampai Daun mogok makan.
HapusNah, kebersamaan Daun dan Bebek Jambul Hijau, merupakan inti kisahnya. Perpisahannya dan pengorbanan Daun agar si Bebek Jambul Hijau tetap aman, bikin terenyuh banget.
Ayo Kak Nita lekas baca bukunya.