Judul: Steal Like an Artist
Penulis: Austin Kleon
Penerjemah: Rini Nurul Badariah
Penerbit: Noura Books (PT Mizan Publika)
Terbit: Maret 2013
Tebal: 160 hlm.
ISBN: 9786021606810
Harga: Rp59.000
Rasanya seneng bisa menyelesaikan satu ebook lagi yang udah lama jadi PR buat dibaca. YEAYYYY!
Kali ini saya mau bahas mengenai buku yang mengupas tentang kreatifitas dengan judul "Mencuri seperti seorang seniman", dari sudut pandang penulis Austin Kleon.
Pada awal buku saya sudah tertohok dengan kalimat, "Bila orang memberimu saran, mereka justru berbicara dengan diri sendiri di masa lalu." (hal.11). Kenapa?
Soalnya baru-baru ini saya memang habis ngomongin adik perempuan saya, kelas XI SMA, mengenai beberapa hal. Misalnya harus serius belajar bahasa inggris sampai bisa, ikut organisasi dan mengembangkan pertemanan, dan jangan jadi mageran.
Jujur saja, rupanya nasehat yang saya kasih merupakan penyesalan dan dari pengalaman saya, yang dulu tidak saya lakukan. Saya kurang bisa bahasa inggris, kurang aktif di organisasi, kurang banyak teman, dan semua itu mempengaruhi keadaan saya sekarang.
Sayangnya, waktu nggak bisa diputar. Jadi, saya harap adik saya tidak merasakan penyesalan serupa. Dan saya berharap dia lebih berkembang jauh dibandingkan saya dan kakak-kakaknya yang lain.
Tetapi, inti dari buku ini lebih menekankan jika, "Semua kreasi berasal dari sesuatu yang pernah ada." (hal.17). Penulis menegaskan jika nggak ada karya yang 100% original. Semua hampir percampuran dari ide yang pernah ada. Saya pun mengaminkan pendapatnya ini. Analoginya adalah ketika kita terlahir, kita nggak membawa jati diri. Justru jati diri muncul setelah proses meniru sepanjang pertumbuhan kita jadi dewasa. Lama-lama terbentuklah jati diri kita. Nah, tugas seniman yang baik adalah memberikan sentuhan kepada ide hasil curian untuk menjadi ide versi kita.
Prinsip soal meniru menurut penulis adalah, "Jika kamu meniru dari satu orang, kamu akan disebut penerus si anu. Sedangkan jika kamu meniru dari seratus orang, kamu akan disebut orisinal. kita punya kekurangan yaitu tidak dapat meniru dengan sempurna. Namun, kegagalan meniru ini bisa menjadi jalan menemukan jati diri sendiri."
Lalu bagaimana proses kreatif ini dimulai?
Mulai belajar. Proses yang gampang diucapkan tapi sulit dilakukan, apalagi supaya konsisten. "Belajar itu mudah. Asal kamu punya keinginan."(hal.30) Related banget dengan apa yang saya alami saat ini.
Saya merasakan susah sekali menyelesaikan tugas kampus. Padahal sudah direncanakan sedemikian rupa, dari waktu hingga alatnya. Tetapi, selalu saja kalah dengan gangguan lain. Misalnya youtube, film baru, musik, dan lainnya. Setelah membaca kalimat ini, saya jadi paham, mungkin keinginan saya belum begitu teguh. Sehingga gampang diganggu dan akhirnya tidak pernah mewujudkan apa yang sudah saya rencanakan.
Dan silakan renungkan kalimat berikut ini:
"Gambar hal yang ingin kamu lihat, mulailah bisnis yang kamu ingin jalankan, mainkan musik yang kamu ingin dengar, tulis buku yang menarik bagimu, buat produk yang kamu ingin pakai-kerjakan apa yang ingin kamu selesaikan." (hal.59).
Semua orang kreatif menemukan ide cemerlangnya dengan melakukan apa yang mereka sukai. Bukan menunggu waktu yang tepat, keadaan yang memungkinkan, bahkan tidak menunggu sampai ide mampir. Dengan melakukan langkah pertama, sering melakukan apa yang kita sukai, kita akan menemukan ide hebat pada prosesnya.
Ada nasehat lain yang kontradiktif dari penulis buku ini yang mengatakan, "Membatasi diri saja." (hal.143). Maksudnya adalah ketika kita sedang mengerjakan karya, beri batasan dari informasi yang melimpah saat ini, terutama dari internet. Godaan untuk mengerjakan karya lainnya menjadi besar dan ini akan membuat karya yang sedang dikerjakan akan ditinggalkan. Masih menurut penulis, "Batasan yang tepat dapat mendatangkan karya terbaik." (hal.144)
Oya, ada juga nasehat buat siapa pun yang ingin jadi penulis, yakni, "Tulislah apa yang kamu sukai, bukan apa yang kamu tahu."
Prinsip ini dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah waktunya kita menyisihkan untuk melakukan apa yang kita sukai, dibandingkan melakukan apa yang kita tahu. Kalau Sabtu-Minggu, enak tuh menyempatkan diri membaca buku di kamar sambil ngemil. Dibandingkan ikut jalan-jalan hanya karena nggak enak sama teman. Capek euy, ngikutin maunya orang mulu!
Selain membahas bagaimana menjadi kreatif, penulis juga memberikan masukan yang lebih personal. Misalnya keharusan untuk selalu menerapkan "Bekerja lebih baik dan berbagilah", atau "Berteman di internet harus selalu mengatakan yang baik-baik saja."
Secara keseluruhan dari pembahasan di buku ini, penulis berharap siapa pun yang ingin menjadi kreatif harus tetap menjadi manusia yang beradab, lebih bijak, dan selalu berkarya.
Saya tetap kaget juga begitu selesai membaca buku ini karena saya menemukan hal-hal baru. Padahal ini jadi kali kedua saya menamatkan buku yang terbilang tipis ini. Nggak butuh banyak waktu kok untuk membabat habis semua halaman di dalamnya. Selain ringan, gaya penulisan sederhana, buku ini juga berbobot. Kerenlah pokoknya!
Must be a good book
BalasHapusJadi pengen baca juga deh
Baca juga atuh, bukunya bagus kok.
Hapuskita bisa menghasilkan karya dengan baik dan sebisa mungkin bermanfaat untuk banyak orang. Dengan begitu terasa bahwa apa yang kita lakukan adalah al positif. E-booknya menarik untuk dibaca lebih lanjut.
BalasHapusKayaknya itu prinsip yang memang harus dipegang, baik dalam berkarya atau pun dalam kehidupan sehari-hari. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama.
HapusSangat menarik banget, Mbak. Apalagi buku ini menggunakan format tulisan yang singkat, jadi nggak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.
Rasanya memang tidak mungkin membuat suatu karya yang 100% orisinil ya, pasti penulisnya pernah membaca karya orang lain yang menginspirasi lalu dibuat dengan pengembangan kreativitas.
BalasHapusBetul, Mas Agus. Zaman sekarang rasanya sulit mengatakan kalau sesuatu itu asli. Sebab sangat banyak kok hal yang kita lihat, yang kita dengar, yang kemudian menjadi inspirasi. Atau bahkan meneruskan penemuan yang sudah ada dengan cara melakukan inovasi.
HapusSaling bantu kembangkan blog ya kawan. Bantu kunjungi blog dan bantu ikuti juga yaa
BalasHapusSetelah menulis balasan ini, saya langsung cek blognya euy. Mari berkawan!
Hapuskalimat yang dibold itu memukau aku din
BalasHapusSedangkan jika kamu meniru dari seratus orang, kamu akan disebut orisinal. kita punya kekurangan yaitu tidak dapat meniru dengan sempurna. Namun, kegagalan meniru ini bisa menjadi jalan menemukan jati diri sendiri
btw kok belum update lagi din...
duh kangen baca resensi buku hihi
Tulisan yang diblod itu mengingatkan saya juga kalau menjadi orisinal itu bukan berarti harus beda banget dari orang. Setidaknya untuk saya membuat saya berhenti mengekang diri untuk belajar dari orang lain. Nggak lagi mengejar versi sendiri dan mengabaikan cara orang lain.
HapusIya nih Mbak Nita belum bisa lagi membaca buku sampai selesai. Ada aja alasan yang jadi pembenaran. Mungkin memang sedang butuh istirahat dulu. Semoga saja nggak lama-lama mengalami hiatusnya, dan jangan sampai blog ini mati suri juga. Hehehe.
Ya, saya pikir ketika memberi nasihat ke seseorang yang lebih muda tuh memang seperti menengok diri sendiri ke masa lalu. Untuk belajar sekarang, terbentur kesibukan buat cari duit atau ada hal lain. Jadi, betul-betul agak nyesel dulu kebanyakan mainnya ketimbang belajar hal-hal yang mungkin berguna buat masa depan. Atau minimal dulu saya lebih doyan nonton berbagai macam film ataupun membaca banyak buku. Kebanyakan nongkrong sama teman yang padahal kurang cocok berada di sana.
BalasHapusBacaan saya zaman 2015 ini, Din. Kayaknya asyik juga buat dibaca ulang. Ahaha. Buku dia ada satu lagi kan yang Show Your Work!
Jadi relate banget ya sama penyesalan sekarang, tapi dari situ kita bisa mengingatkan banyak kegagalan kepada yang lain biar tidak terulang.
HapusTantangannya, kita survive dari masa lalu, biar lebih baik. Hehehe.