Judul: Senandika Prisma
Penulis: Aditia Yudis
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: PT Falcon
Cetakan: I, Desember 2016
Tebal: 212 hlm.
ISBN: 9786026051424
Sinopsis Novel
Sebulan menjelang pernikahan Ian dan Prisma, anak Iyan yang bernama Rory hilang ketika dia diajak belanja sepatu ke sebuah butik di mal bersama Prisma. Keberadaannya tidak diketahui dan susah dilacak, sampai kejadian ini mengubah semua rencana yang sudah dirancang oleh Ian dan Prisma. Salah duanya, rencana menikah dan rencana tinggal bersama di salah satu rumah yang ada di perumahan Blue Valley.
Kejadian ini juga membawa pertemuan Prisma dengan Niko, kakaknya Ian. Hubungan Ian dan Niko tidak harmonis setelah kebangkrutan bisnis ayah mereka yang berujung ayah mereka meninggal. Ada bara api yang nggak mudah dipadamkan di antara mereka.
Bagaimana nasib Rory selama dia menghilang?
Apakah hubungan Ian dan Niko akan kembali harmonis?
Resensi Novel
"Senandika atau solilokui adalah wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar." (sumber Wikipedia)
Sinopsis Novel
Sebulan menjelang pernikahan Ian dan Prisma, anak Iyan yang bernama Rory hilang ketika dia diajak belanja sepatu ke sebuah butik di mal bersama Prisma. Keberadaannya tidak diketahui dan susah dilacak, sampai kejadian ini mengubah semua rencana yang sudah dirancang oleh Ian dan Prisma. Salah duanya, rencana menikah dan rencana tinggal bersama di salah satu rumah yang ada di perumahan Blue Valley.
Kejadian ini juga membawa pertemuan Prisma dengan Niko, kakaknya Ian. Hubungan Ian dan Niko tidak harmonis setelah kebangkrutan bisnis ayah mereka yang berujung ayah mereka meninggal. Ada bara api yang nggak mudah dipadamkan di antara mereka.
Bagaimana nasib Rory selama dia menghilang?
Apakah hubungan Ian dan Niko akan kembali harmonis?
Resensi Novel
"Senandika atau solilokui adalah wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar." (sumber Wikipedia)
Novel Senandika Prisma ini merupakan buku kedua dari Blue Valley Series yang saya baca. Series ini tentu saja berlatar di perumahan Blue Valley dan pada buku ini pun karakter utamanya bersinggungan dengan karakter lain yang ada di buku lainnya. Pada buku ini Prisma bersinggungan dengan keluarga Gamal dan Nina yang kisahnya ada di buku Melankiloa Ninna. Dan juga ada tokoh Ayuni yang di buku ini hanya disinggung sesaat saja.
Upaya Pura-Pura Mengatakan Semua Baik-Baik Saja
Mungkin saya harus mengatakan di awal, jika tidak ada karakter di novel ini yang saya suka. Semua karakternya tidak membuat saya peduli padahal mereka menghadapi masalah yang pelik, yaitu hilangnya Rory. Alasannya karena karakter-karakter utama di novel ini tergolong orang-orang yang berusaha pura-pura kalau semua baik-baik saja padahal mereka itu sedang ketar-ketir.
Prisma masih menaruh harapan besar untuk pernikahannya padahal dia yang teledor membiarkan Rory bisa hilang. Bias pikirannya antara menyesal kehilangan Rory dengan gagalnya pernikahan membuat saya sebagai pembaca bingung harus bersimpati pada kesedihan dia yang mana. Walaupun saya paham kalau Rory bukan anaknya.
Ian pun demikian, dilema melanjutkan hidup tapi sedang kehilangan anak, atau terus fokus sama kasus anaknya sedangkan banyak dimensi hidupnya yang terabaikan. Seperti hubungan dia dengan Prisma, rencana pernikahan, dan bahkan urusan bisnis peninggalan ayahnya.
Yang paling mengganggu adalah Ian kelamaan memutuskan antara melanjutkan hubungan dengan Prisma atau fokus mencari anaknya. Soalnya dengan mengulur waktu begitu, Prisma dibuat galau antara Ian memang memaafkan kesalahannya dan mau menerima semuanya seperti semula, atau justru sebenarnya Ian kecewa. Ian di sini berpura-pura semua akan berjalan kembali adanya namun ujung-ujungnya dia memutuskan hal paling menyakitkan.
Niko pun berusaha baik-baik saja menghadapi Ian padahal ketika keluarganya jatuh, dia memilih kabur. Ibunya Ian dan Niko pun berusaha ikhlas selama ini kehilangan Niko, padahal dia merasa rindu kepada anaknya itu.
Menurut kalian karakter mana yang bisa menyenangkan pembaca?
Konflik yang berjarak dengan pembaca
Coba saja kalau Rory beneran ditemukan setelah menjadi mayat, mungkin kisah Ian dan Prisma lebih terhubung dengan pembaca. Setidaknya pembaca akan memaki kebiadaban si penculik. Dan rupanya penulis memilih dengan membuat pelaku sebagai orang terdekat. Ini jelas membuat pembaca mempertanyakan hubungan Ian dan Prisma dengan si pelaku. Sebab si pelaku pun sempat menemui mereka.
Motif si pelaku terkesan dipaksakan. Saya kayaknya tidak pernah mendengar ada kasus penculikan dengan motif ini di kenyataan. Mengingat si pelaku juga pernah merasa kehilangan, masa dia tega membuat orang lain kehilangan juga.
Dan saya bingung, kenapa si pelaku yang menculik dan memperlakukan Rory dengan baik, sama sekali tidak terdeteksi padahal yang mencari Rory banyak sekali. Di tambah tidak ada keterangan Rory dibawa ke luar kota atau ke luar negeri. Saya justru mencak-mencak dengan ide cerita pada bagian ini sebab kenapa gajah di depan tidak kelihatan. Gajahnya bukan gajak agen rahasia pula. Aneh pokoknya.
Bingung menemukan pesan besar dari kisahnya
Ketika saya ingin menemukan pesan dari novel ini, saya kesulitan menemukan yang pas. Hubungan anak dan orang tua? Tidak ada yang bikin mengharu biru dan bisa dijadikan teladan. Hubungan Ian dan Prisma? Ujung-ujungnya tidak manis padahal keduanya sempat berjuang bareng. Hubungan Niko dengan keluarganya? Dia tetap menyebalkan sebagai bajingan.
Tapi dari pembahasan saya di awal, mungkin pesan moral yang paling jelas adalah untuk bisa mengungkapkan atau mengekspresikan apa yang kita rasa dan apa yang kita pikirkan. Sebab berpura-pura segalanya baik-baik saja, tidak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Justru dengan bersikap demikian, kita seperti sedang menyalakan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Tapi dari pembahasan saya di awal, mungkin pesan moral yang paling jelas adalah untuk bisa mengungkapkan atau mengekspresikan apa yang kita rasa dan apa yang kita pikirkan. Sebab berpura-pura segalanya baik-baik saja, tidak akan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Justru dengan bersikap demikian, kita seperti sedang menyalakan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Kalau kalian sudah membaca novel ini dan ada pesan manis lainnya yang bisa dibagikan, tolong kasih tau saya. Siapa tau saya kurang peka menerima kisah Ian dan Prisma di novel ini.
Akhirnya dan Rating
Saya pikir akan menemukan cerita drama yang sama bikin hati hangat seperti yang ada di buku Melankolia Ninna. Tetapi ternyata tidak ada. Saya pun hanya memberikan novel ini nilai 2 dari 5.
*****
Owalahnini ceritanya prisma tadinya mau nikah ma duda toh
BalasHapusKeunikan novel jaman sekarang pada mulai dibikin bersekuel, walau beda cerita ya din, tapi menarik tu settingnya bisa pake perumahan hehe
Klo aku tebak sih paling pelakunya niko bukan? Jadi gimana rorynya akhirnya balik apa ga nih, kok aku penasaran ya
Iya dia memutuskan mau menikah dengan duda dengan alasan anaknya itu.
HapusHaha, bukan Niko. Tapi ada orang lain lagi yang Deket dengan mereka.
Rorynya tetep nggak balik sampe akhir cerita...