Judul: A Sweet Mistake
Penulis: Vevina Aisyahra
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Desember 2017
Tebal buku: 248 halaman
ISBN: 9786020378343
Harga: Rp59.000
Ketika sebuah novel diganjar penghargaan, saya selalu antusias ingin membaca. Berharap bisa paham apa yang menjadi alasan novel tersebut menjadi juara. Termasuk ketika pengumuman juara Gramedia Writing Project (GWP), saya ikut antusias ingin tahu kualitas apa yang dilihat tim Gramedia dari novel-novel yang lolos juara.
Setelah membaca Twinwar karya Dwipatra yang dinobatkan sebagai juara pertama, kali ini kesempatan saya membaca juara ketiganya; A Sweet Mistake karya Vevina Aisyahra. Dan rencananya akan dilanjutkan membaca juara kedua agar genap saya membaca semua juaranya.
Dengan niat mejahili Liona, Rey membawa Liona ke semak-semak di belakang rumah saat mereka sedang menghadiri syukuran Kakek Rey yang kesehatannya membaik. Rey mencium Liona. Malangnya, tindakan Rey dipergoki Ayah Liona dan Ayah Rey. Mereka disidang atas tindakan asusila dan diputuskan untuk dinikahkan. Rey lagi-lagi berulah, ia mendatangi kamar Liona pada malam hari untuk membicarakan solusi rencana pernikahan mereka yang sama-sama mereka tidak ingini. Malang tak bisa ditolak, mereka kepergok lagi oleh ibunya Liona. Sidang kedua, mereka diputuskan menikah secepatnya.
Rey dan Liona bukan dua orang yang tetanggaan harmonis. Sejak mereka anak-anak, Rey kerap mengerjai Liona demi melihat wajah Liona berekspresi karena Liona dikenal dengan sebutan si muka papan. Dan pernikahan mereka seperti bencana besar. Apalagi Kakek sudah menghadiahi rumah yang harus mereka tinggali.
Saya sempat heboh saat selesai membaca sampai halaman 25-an. Seperti yang pernah saya tweet di akun twitter saya, kalau saya merasa awal bab novel ini sangat-sangat-sangat-dipertanyakan. Pertama, disebutkan kalau Rey, Tito, Tommy, dan Adri merupakan sekumpulan cowok ganteng di fakultasnya. Tetapi, penulis kecolongan untuk mendeskripsikan sisi ganteng secara visual. Saya tidak mendapatkan gambaran level ganteng mereka seperti apa. Kedua, perseteruan Rey dan Liona sudah sangat parah dan saya tidak mendapatkan gambaran alasan kenapa Rey sebegitu bencinya sama Liona. Saya kira Rey pernah mengalami peristiwa besar yang menjatuhkan harga dirinya dan penyebabnya Liona. Namun, sampai halaman terakhir saya hanya disuguhkan alasan ringan dan itu diluar pengharapan saya. Ketiga, dialog Rey keterlaluan alay. Sebagai cowok ganteng dan sedikit badung, pemilihan bahasa dialog Rey oleh Vevina sedikit keluar jalur. Misalkan, “Meneketehe.” Yakin Rey sebegitu alaynya?
Catatan-catatan di atas memang menjadi ganjalan ketika membaca di awal-awal bab. Dan saya masih berpikir positif bakal ada hal seru yang membuat novel Vevina ini jadi juara. Dan itu benar sekali, saya mendapatkan kisah Rey dan Liona yang romantis. Awalnya ribut lalu berubah sayang, konsep yang sudah umum dipakai penulis. Jalan yang dipakai Vevina untuk proses rekonsiliasi pernikahan yang dijalani Rey dan Liona berhasil memikat saya. Terlebih konflik sampingan tentang hubungan Liona dan ayahnya yang dingin, membuat novel A Sweet Mistake ini lebih emosional.
Adegan romantis yang dipakai Vevina dalam novel ini pun bukan sesuatu yang baru; membuat kue bareng, menonton DVD bareng. Tapi, pemilihan adegan ini justru membuat saya mesem-mesem sendiri. Dan mungkin kesan inilah yang membuat saya memutuskan menyukai novel ini dan mengabaikan kekurangan-kekurangan yang ada. Saya yakin, novel lini Young Adult akan dikatakan berhasil jika kisahnya membuat hati pembaca senang.
Yang saya dapatkan setelah membaca novel A Sweet Mistake ini adalah pentingnya untuk jujur mengungkapkan apa yang kita rasakan dan apa yang kita pikirkan. Menyimpan sendiri hanya akan memunculkan kesimpulan-kesimpulan keliru dan jika hal itu berlangsung terus-terusan, ada hal yang sudah kita tinggalkan jauh di belakang. Dan membentuk keluarga harmonis sama pentingnya. Saya selalu iri dengan novel yang mengisahkan keluarga harmonis. Setiap anggota keluarganya saling mendukung dan tidak menyimpan perselisihan. Rasanya membayangkan kondisi keluarga harmonis selalu menghangatkan hati.
Dan akhirnya saya memberikan nilai 4/5 untuk kegigihan Rey dan Liona mengatakan apa yang mereka rasakan.
Penulis: Vevina Aisyahra
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Desember 2017
Tebal buku: 248 halaman
ISBN: 9786020378343
Harga: Rp59.000
Ketika sebuah novel diganjar penghargaan, saya selalu antusias ingin membaca. Berharap bisa paham apa yang menjadi alasan novel tersebut menjadi juara. Termasuk ketika pengumuman juara Gramedia Writing Project (GWP), saya ikut antusias ingin tahu kualitas apa yang dilihat tim Gramedia dari novel-novel yang lolos juara.
Setelah membaca Twinwar karya Dwipatra yang dinobatkan sebagai juara pertama, kali ini kesempatan saya membaca juara ketiganya; A Sweet Mistake karya Vevina Aisyahra. Dan rencananya akan dilanjutkan membaca juara kedua agar genap saya membaca semua juaranya.
Dengan niat mejahili Liona, Rey membawa Liona ke semak-semak di belakang rumah saat mereka sedang menghadiri syukuran Kakek Rey yang kesehatannya membaik. Rey mencium Liona. Malangnya, tindakan Rey dipergoki Ayah Liona dan Ayah Rey. Mereka disidang atas tindakan asusila dan diputuskan untuk dinikahkan. Rey lagi-lagi berulah, ia mendatangi kamar Liona pada malam hari untuk membicarakan solusi rencana pernikahan mereka yang sama-sama mereka tidak ingini. Malang tak bisa ditolak, mereka kepergok lagi oleh ibunya Liona. Sidang kedua, mereka diputuskan menikah secepatnya.
Rey dan Liona bukan dua orang yang tetanggaan harmonis. Sejak mereka anak-anak, Rey kerap mengerjai Liona demi melihat wajah Liona berekspresi karena Liona dikenal dengan sebutan si muka papan. Dan pernikahan mereka seperti bencana besar. Apalagi Kakek sudah menghadiahi rumah yang harus mereka tinggali.
Saya sempat heboh saat selesai membaca sampai halaman 25-an. Seperti yang pernah saya tweet di akun twitter saya, kalau saya merasa awal bab novel ini sangat-sangat-sangat-dipertanyakan. Pertama, disebutkan kalau Rey, Tito, Tommy, dan Adri merupakan sekumpulan cowok ganteng di fakultasnya. Tetapi, penulis kecolongan untuk mendeskripsikan sisi ganteng secara visual. Saya tidak mendapatkan gambaran level ganteng mereka seperti apa. Kedua, perseteruan Rey dan Liona sudah sangat parah dan saya tidak mendapatkan gambaran alasan kenapa Rey sebegitu bencinya sama Liona. Saya kira Rey pernah mengalami peristiwa besar yang menjatuhkan harga dirinya dan penyebabnya Liona. Namun, sampai halaman terakhir saya hanya disuguhkan alasan ringan dan itu diluar pengharapan saya. Ketiga, dialog Rey keterlaluan alay. Sebagai cowok ganteng dan sedikit badung, pemilihan bahasa dialog Rey oleh Vevina sedikit keluar jalur. Misalkan, “Meneketehe.” Yakin Rey sebegitu alaynya?
Catatan-catatan di atas memang menjadi ganjalan ketika membaca di awal-awal bab. Dan saya masih berpikir positif bakal ada hal seru yang membuat novel Vevina ini jadi juara. Dan itu benar sekali, saya mendapatkan kisah Rey dan Liona yang romantis. Awalnya ribut lalu berubah sayang, konsep yang sudah umum dipakai penulis. Jalan yang dipakai Vevina untuk proses rekonsiliasi pernikahan yang dijalani Rey dan Liona berhasil memikat saya. Terlebih konflik sampingan tentang hubungan Liona dan ayahnya yang dingin, membuat novel A Sweet Mistake ini lebih emosional.
Adegan romantis yang dipakai Vevina dalam novel ini pun bukan sesuatu yang baru; membuat kue bareng, menonton DVD bareng. Tapi, pemilihan adegan ini justru membuat saya mesem-mesem sendiri. Dan mungkin kesan inilah yang membuat saya memutuskan menyukai novel ini dan mengabaikan kekurangan-kekurangan yang ada. Saya yakin, novel lini Young Adult akan dikatakan berhasil jika kisahnya membuat hati pembaca senang.
Yang saya dapatkan setelah membaca novel A Sweet Mistake ini adalah pentingnya untuk jujur mengungkapkan apa yang kita rasakan dan apa yang kita pikirkan. Menyimpan sendiri hanya akan memunculkan kesimpulan-kesimpulan keliru dan jika hal itu berlangsung terus-terusan, ada hal yang sudah kita tinggalkan jauh di belakang. Dan membentuk keluarga harmonis sama pentingnya. Saya selalu iri dengan novel yang mengisahkan keluarga harmonis. Setiap anggota keluarganya saling mendukung dan tidak menyimpan perselisihan. Rasanya membayangkan kondisi keluarga harmonis selalu menghangatkan hati.
Dan akhirnya saya memberikan nilai 4/5 untuk kegigihan Rey dan Liona mengatakan apa yang mereka rasakan.
0 komentar:
Posting Komentar