Judul: Carisa dan Kiana
Penulis: Nisa Rahmah
Editor: M. Adityo Haryadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, April 2017
Tebal buku: 208 halaman
ISBN: 9786020339573
Harga: Rp 55.000
Novel Carisa dan Kiana ini merupakan karya debut penulis Nisa Rahmah. Saya mengenal Mbak Nisa sebagai blogger buku yang ulasan bukunya sering wara-wiri di twitter. Kabar Mbak Nisa berhasil masuk penerbit untuk karyanya yang pernah ia publikasi di web Gramedia Writing Project (GWP), menarik perhatian saya karena penasaran dengan kemampuannya meramu cerita.
Ketakutan pertama saya membaca lini teenlit ini adalah takut menemukan drama, cerita, dan dialog yang lebay. Sebab, imajinasi saya sudah menolak hal demikian karena kesadaran kehidupan sebenarnya tidak se-drama itu. Namun, begitu memulai baca saya langsung bersyukur penulis tidak menghadirkan ketakutan saya tadi. Bahasa yang digunakan formal dan sederhana. Sehingga penguasaan saya pada cerita di dalamnya sangat lancar.
Latar sekolah yang dipilih penulis juga berimbang antara ilmu pengetahuan sekolah dengan ceritanya. Penulis tidak membuat novel ini penuh data-data pelajaran, melainkan disajikan dalam alur secara apik tanpa mengesankan sedang menggurui. Sehingga saya boleh mengatakan kalau novel Carisa dan Kiana ini memiliki kekuatan di sisi cerita.
Konflik utama novel ini adalah perseteruan antara Carisa dan Kiana. Sepanjang alur konflik tersebut, penulis membuat subkonflik lainnya yang menguatkan konflik utama dari segi karakter figuran, latar belakang konflik utama, dan proses klimaks konflik. Contohnya, latar belakang Stella, hubungan Rico dan Stella, perasaan Kiana kepada Rama, dan masih banyak subkonflik lainnya. Dan semua itu menjadikan diagram alur novel ini naik turun dan mencapai titik akhir yang cukup menggembirakan. Ditambah penulis menempatkan titik-titik penasaran di tempat yang tepat. Efeknya, saya tidak sabar menyelesaikan kelanjutan kisah Carisa dan Kiana ini sampai akhir buku.
Karakter utama yang muncul di novel ini adalah Carisa dan Kiana. Carisa itu gadis yang aktif, berani, cerdas. Saya menduga sedikit banyak karakter Carisa dipengaruhi keadaan keluarganya yang broken home. Sedangkan Kiana merupakan sosok anggun, pendiam, pintar, dan pemalu. Lalu karakter lain yang muncul adalah Rahman Ramadhan, Rico, Stella, Bang Aldo, dan beberapa lagi, termasuk Mamanya Carisa, Papanya Kiana, dan Zio (adik Kiana).
Kover bukunya menarik. Gambar dua gadis, yang satu membaca buku, yang satunya lagi memetik gitar, memberikan gambaran jelas kedua tokoh utama yang berbeda karakter. Juga pemilihan warna yang condong ke warna lembut, cocok sekali dengan sasaran pembaca remaja.
Novel Carisa dan Kiana membawa cerita yang bisa membuat pembaca dewasa bernostalgia ke masa SMA. Dimana pada waktu itu disibukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pensi, kesibukan menjalankan organisasi, dan euforia pemilihan ketua OSIS. Dan berbobot lagi ketika pesan moral dalam novel ini diurai. Mengajarkan untuk memaafkan, santun terhadap orang tua, keharusan giat belajar, memilih teman yang baik, bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih, dan masih banyak nilai-nilai kebaikan lainnya.
Sedikit catatan dari saya adalah paragraf di halaman 9 yang menerangkan Kelompok Ilmiah Remaja, sedikit mengagetkan karena menurut saya tidak terkait dengan paragraf sebelumnya. Saya sempat membaca ulang bagian tersebut untuk tahu maksud dari paragraf itu. Selain itu, detail pertunjukkan musikalisasi puisi, menurut saya terlalu panjang mendetailkan. Saya mengerti maksudnya agar pembaca merasakan betul suasananya, tetapi mengikuti alur cerita yang terbilang cepat pada bagian sebelumnya, membuat saya mau tak mau melewatkan bagian tersebut ke cerita berikutnya.
Terlepas dari catatan saya tadi, saya menyukai berkenalan dengan karya Mbak Nisa ini dan saya pun berani memberikan nilai 4/5 untuk novel Carisa dan Kiana ini.
Catatan:
Penulis: Nisa Rahmah
Editor: M. Adityo Haryadi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, April 2017
Tebal buku: 208 halaman
ISBN: 9786020339573
Harga: Rp 55.000
Novel Carisa dan Kiana ini merupakan karya debut penulis Nisa Rahmah. Saya mengenal Mbak Nisa sebagai blogger buku yang ulasan bukunya sering wara-wiri di twitter. Kabar Mbak Nisa berhasil masuk penerbit untuk karyanya yang pernah ia publikasi di web Gramedia Writing Project (GWP), menarik perhatian saya karena penasaran dengan kemampuannya meramu cerita.
Novel Carisa dan Kiana ini bercerita tentang takdir dua siswi SMA Pelita Bangsa yang karena banyak hal harus bertentangan namun satu alasan mereka pun harus berdamai. Carisa dan Kiana juga dua pribadi yang bertolak belakang. Drama-drama sekolah membuat perseteruan mereka meruncing. Lalu, satu rahasia besar terbongkar. Rahasia yang membuat Carisa dan Kiana tidak bisa menolak takdir, dan memaksa mereka untuk belajar menerima satu sama lain. Apakah rahasia besar itu? Berhasilkah Carisa dan Kiana berdamai?
Ketakutan pertama saya membaca lini teenlit ini adalah takut menemukan drama, cerita, dan dialog yang lebay. Sebab, imajinasi saya sudah menolak hal demikian karena kesadaran kehidupan sebenarnya tidak se-drama itu. Namun, begitu memulai baca saya langsung bersyukur penulis tidak menghadirkan ketakutan saya tadi. Bahasa yang digunakan formal dan sederhana. Sehingga penguasaan saya pada cerita di dalamnya sangat lancar.
Latar sekolah yang dipilih penulis juga berimbang antara ilmu pengetahuan sekolah dengan ceritanya. Penulis tidak membuat novel ini penuh data-data pelajaran, melainkan disajikan dalam alur secara apik tanpa mengesankan sedang menggurui. Sehingga saya boleh mengatakan kalau novel Carisa dan Kiana ini memiliki kekuatan di sisi cerita.
Konflik utama novel ini adalah perseteruan antara Carisa dan Kiana. Sepanjang alur konflik tersebut, penulis membuat subkonflik lainnya yang menguatkan konflik utama dari segi karakter figuran, latar belakang konflik utama, dan proses klimaks konflik. Contohnya, latar belakang Stella, hubungan Rico dan Stella, perasaan Kiana kepada Rama, dan masih banyak subkonflik lainnya. Dan semua itu menjadikan diagram alur novel ini naik turun dan mencapai titik akhir yang cukup menggembirakan. Ditambah penulis menempatkan titik-titik penasaran di tempat yang tepat. Efeknya, saya tidak sabar menyelesaikan kelanjutan kisah Carisa dan Kiana ini sampai akhir buku.
Karakter utama yang muncul di novel ini adalah Carisa dan Kiana. Carisa itu gadis yang aktif, berani, cerdas. Saya menduga sedikit banyak karakter Carisa dipengaruhi keadaan keluarganya yang broken home. Sedangkan Kiana merupakan sosok anggun, pendiam, pintar, dan pemalu. Lalu karakter lain yang muncul adalah Rahman Ramadhan, Rico, Stella, Bang Aldo, dan beberapa lagi, termasuk Mamanya Carisa, Papanya Kiana, dan Zio (adik Kiana).
Kover bukunya menarik. Gambar dua gadis, yang satu membaca buku, yang satunya lagi memetik gitar, memberikan gambaran jelas kedua tokoh utama yang berbeda karakter. Juga pemilihan warna yang condong ke warna lembut, cocok sekali dengan sasaran pembaca remaja.
Novel Carisa dan Kiana membawa cerita yang bisa membuat pembaca dewasa bernostalgia ke masa SMA. Dimana pada waktu itu disibukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pensi, kesibukan menjalankan organisasi, dan euforia pemilihan ketua OSIS. Dan berbobot lagi ketika pesan moral dalam novel ini diurai. Mengajarkan untuk memaafkan, santun terhadap orang tua, keharusan giat belajar, memilih teman yang baik, bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih, dan masih banyak nilai-nilai kebaikan lainnya.
Sedikit catatan dari saya adalah paragraf di halaman 9 yang menerangkan Kelompok Ilmiah Remaja, sedikit mengagetkan karena menurut saya tidak terkait dengan paragraf sebelumnya. Saya sempat membaca ulang bagian tersebut untuk tahu maksud dari paragraf itu. Selain itu, detail pertunjukkan musikalisasi puisi, menurut saya terlalu panjang mendetailkan. Saya mengerti maksudnya agar pembaca merasakan betul suasananya, tetapi mengikuti alur cerita yang terbilang cepat pada bagian sebelumnya, membuat saya mau tak mau melewatkan bagian tersebut ke cerita berikutnya.
Terlepas dari catatan saya tadi, saya menyukai berkenalan dengan karya Mbak Nisa ini dan saya pun berani memberikan nilai 4/5 untuk novel Carisa dan Kiana ini.
Catatan:
- Penerimaan terhadap takdir yang rumit adalah langkah kecil untuk berdamai dengan diri sendiri. (Hal. 96)
- Orang yang berpikir bunuh diri itu sama aja dengan pengecut. Menganggap kehidupan setelah kematian seolah nggak ada. (Hal. 134)
- Seorang anak belajar apa pun dalam kehidupannya, sebenarnya orangtua sedang belajar bagaimana cara menjadi orangtua yang baik. (Hal. 185)
Saya jarang baca teenlit sih. Tapi nggak ada salahnya sesekali baca untuk menambah wawasan :-D
BalasHapusTentu saja. Selain bacaannya yang ringan, pesan moralnya tidak disampaikan dengan alur yang rumit. Silakan untuk mencoba teenlit ya :)
Hapus