Judul : Ya Allah, Aku
Rindu Ibu
Penulis : Irfa Hudaya
Penyunting : Bitbit Pakarisa
Rancang visual sampul & isi : N. Anjala
Penerbit : Kana Books
Terbit : Desember
2016, cetakan pertama
Tebal buku : xiv +
254 halaman
ISBN : 9786026044013
Harga : Rp54.000
Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada blog Kilas Buku
yang sudah memilih saya sebagai pemenang di giveaway #YaAllahAkuRinduIbu. Dan
buku ini merupakan hadiah indah buat saya.
Buku Ya Allah, Aku Rindu Ibu karya Irfa Hudaya merupakan
memoar penulisnya yang ia persembahkan untuk sang ibu. Di dalamnya diceritakan
perjalanan hidup Kak Irfa sejak ia kecil hingga ia dewasa. Kehidupan penulis
tidak pernah lepas dari sosok Ibu. Sehingga sepanjang membaca buku ini, kita
akan diperkenalkan kepada sosok Ibu Khundariyati Dahlan.
Keluarga Kak Irfa terdiri dari Ibuk, Ayah, Kak Irfa, Dik
Nisa dan Dik Rahma. Semuanya mempunyai porsi kisah yang pas untuk menyokong
cerita Kak Irfa dan Ibu. Terlepas dari kisah tentang Ibu, saya justru melihat
buku ini dari sudut pandang yang berbeda. Saya melihat dari sisi sebagai anak
pertama dan kakak.
Saya melihat kehidupan Kak Irfa sebagai anak pertama dan
perempuan pula, Kak Irfa pasti mengalami banyak jatuh bangun. Banyak hal pahit
yang sejatinya ia kecap, banyak pengorbanan yang ia tunaikan, hanya demi
keluarga. Tanggung jawabnya besar menjadi anak pertama.
Saya bukan anak pertama. Saya justru anak laki-laki pertama
di keluarga. Meski begitu, beban saya sama besarnya dengan anak pertama. Sebab,
semua akan bergantung pada saya. Ketika Bapak atau Ibu sakit, saya yang harus
memutuskan bagaimana mengurus beliau. Ketika Adik sakit pun saya harus berdiri
paling depan untuk memutuskan perawatannya. Dan kadang saya pun mengeluh kenapa
saya tidak punya kakak laki-laki yang bisa membantu saya.
Ketika Kak Irfa menceritakan mengenai ayahnya yang
berpulang, di situ saya meresapi mental Kak Irfa yang harus kuat dan tegar di
depan Ibuk dan adik-adiknya. Saya paham betul jika Kak Irfa pun ingin menangis
dan dipeluk. Tapi, kondisi mengharuskan ia mendahulukan yang lain. Saya
menangis membaca bagian ini. Saya langsung memikirkan kejadian serupa andai
menimpa saya. Saya masih belum kuat membayangkannya. Saya hanya bisa bergumam, ‘Ya
Allah, berikan kesempatan hidup yang panjang untuk Bapak dan Ibuku.”
Bagian lainnya yang menarik adalah kehidupan keluarga Kak
Irfa setelah sang ayah berpulang. Sosok pria satu-satunya di keluarga sudah
tiada. Empat perempuan yang kemudian melanjutkan hidup dengan sederhana.
Kepergian sang ayah mampu mendewasakan anak-anaknya.
Buku ini tidak melulu berisi kisah yang menguras air mata. Beberapa
bagian bahkan menarik disimak seperti ketika Kak Irfa dikenalkan ke beberapa
pria. Lumayan lucu. Dan saya suka sekali dengan kedekatan Kak Irfa dan Kak Fathur sebelum menjadi pasangan suami istri. Sebelum menikah saja mereka sudah
romantis yang bertanggung jawab.
Bahasa buku memoar ini sederhana. Terasa sangat personal
ketika Kak Irfa dan Ibunya bercakap-cakap dalam bahasa daerah. Saya mencoba membaca
dengan benar namun tetap saja kaku. Dan buat saya catatan kaki yang merupakan
terjemahan kalimat dalam bahasa daerah itu sangat membantu.
Jadi, kenalilah Ibumu. Hitung-hitungan kasih sayang yang ia
berikan tidak akan pernah impas dengan apa-apa yang kita berikan. Dan jangan
pernah mengatakan kita ingin membalas kasih sayangnya, melainkan kita ingin
membahagiakannya.
Saya kenal mbak Irfa secara pribadi. Beliau seorang yang humble & feminim walaupun sangat perkasa sebagai anak sulung.
BalasHapusMakLus ...blushing inih pipiku hehehe..
HapusSaya bisa rasakan karakter Kak Irfa yang kuat itu. Ketika Ayah dan Ibuk berpulang, sisi kuatnya kelihatan sekali. Buku ini pas buat bahan ajar bagi anak pertama. 😀
HapusTerima kasih Kak Adin atas review nya. Kak Adin memotret buku tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Tulisan yang menarik
BalasHapusSaya kayak berkaca Kak sama tulisan kakak ini. Saya masih jauh dari kata sanggup seandainya aap yang Kak Irfa menimpa. Saya justru terpanggil untuk memperbaiki diri sebagai anak laki-laki pertama dalam hal tanggung jawab bagi keluarga. Selama ini saya asyik dengan kesenangan diri sendiri. ðŸ˜
HapusPenasaran dengan sesi Mbak Irfa dan Mas Fathur, romantis yang bertanggung jawab, pengen bisa ikutan meng-ihir-ihir kalau ketemu. Miss you mbak Irfa!
BalasHapusItu lho bagian yang saling mendukung dalam kondisi suka atau pun duka. Pokoknya sangat romantis dan bertanggung jawab hehehe :)
Hapus