Judul : Vegetarian
Penulis : Han Kang
Penerjemah : Dwita Rizkia
Penyunting : Anton Kurnia
Pemeriksa aksara : Aniesah Hasan Syihab
Penata isi : Aniza Pujiati
Perancang sampul : Wirastuti – TEKOBUKU
Penerbit : Penerbit Baca
Terbit : Februari 2017, cetakan pertama
Tebal buku: 224 halaman
ISBN : 9786026486073
Harga : Rp65.000
Aku penasaran dengan hubungan
waktu yang dihabiskan untuk membaca buku dengan kualitas buku sesuai
prestasinya. Soalnya, untuk buku Vegetarian karya Han Kang ini, yang
mendapatkan penghargaan Man Booker International Prize, aku membutuhkan lebih
banyak waktu menyelesaikan membacanya dibandingkan dengan buku lain.
Vegetarian ini mengungkap
fenomena psikologis kegilaan. Perempuan bernama Young Hye mendadak memutuskan
tidak makan daging setelah bermimpi. Mimpi yang dialami Young Hye sangat detail
dan buatku itu menjijikan. Namun, dari mimpi yang menjijikan itu sulit untuk
diterima oleh akalku, mampu merubah kebiasaan seseorang secara drastis. Bahkan
Young Hye menolak ajakan suaminya untuk bersetubuh dengan alasan badan suaminya
berbau daging.
Perubahan yang dialami Young Hye
mempengaruhi psikologis Young Hye sendiri, psikologis suaminya, psikologis
kakak iparnya, dan psikologis kakak perempuannya. Seperti bola salju yang
menggelinding, dari satu putaran kecil berubah menjadi tambah besar. Masalah kecil
yang dialami Young Hye memengaruhi secara luas hubungan orang-orang di
sekitarnya.
Vegetarian sendiri dibagi menjadi
tiga bab. Bab pertama adalah Vegetarian.
Bab yang menceritakan awal mula Young Hye jadi Vegetarian dengan menggunakan
sudut pandang suaminya. Bab ini pun jadi perkenalan pembaca dengan anggota
keluarga lain Young Hye seperti suaminya, kakak perempuannya, ibunya, ayahnya,
adik dan istrinya, dan kakak iparnya.
Suatu hari di perkumpulan keluarga
yang diadakan di rumah baru kakak perempuan Young Hye terjadi drama keluarga
yang menakjubkan. Young Hye dipaksa makan daging oleh ayahnya. Ia tidak
menggubris. Ayahnya yang pemarah akhirnya menampar Young Hye dan mencoba
menjejalkan paksa daging ke mulut Young Hye. Young Hye justru menghindar dan
meraih pisau lalu mengiris pergelangan tangannya. Ini merupakan awal pemicu
konflik berikutnya.
Yang membuatku penasaran justru
sifat tertutup dan pendiamnya Young Hye ini ternyata sudah tampak sejak ia
remaja. Sepanjang buku ini saya tidak mendapati satu peristiwa yang menunjukkan
kalau Young Hye pernah ceria dan periang. Sehingga perubahan kebiasaan Young
Hye yang bertambah pendiam dan tertutup tidak membuatku kaget.
Pada bab ini pula pembaca
disuguhkan kegilaan Young Hye yang semakin tidak masuk akal. Selain menolak
makan daging dan bersetubuh, Young Hye pun kerap bertelanjang dada di bawah
sinar matahari. Alasan yang ia ucapkan ketika pertanyaan mengapa ditujukan
padanya; gerah.
Bab kedua adalah Tanda Lahir Kebiruan. Bab yang
memasukkan unsur cerita erotis dengan menggunakan sudut pandang Kakak Ipar.
Kegilaan Young Hye menulari kejiwaan Kakak Iparnya yang berprofesi sebagai seniman
film. Sejak peristiwa Young Hye mengiris pergelangan tangannya, kakak ipar
mulai terobsesi dengan tanda lahir kebiruan yang ada di sebelah kiri atas
bokong Young Hye. Dan puncak kegilaan kakak iparnya memunculkan kegilaan
istrinya. Dan cerita masuk ke bab ketiga; Pohon
Kembang Api.
Hubungan kakak ipar dan istrinya
hancur. Kim in Hye; kakak perempuan Young Hye, melanjutkan hidup dengan anak
laki-lakinya yang saat itu berusia enam tahun. Young Hye dirawat di rumah sakit
di pegunungan. Ada kejadian Young Hye kabur dari rumah sakit dan ditemukan di
dalam hutan yang gelap sedang berdiri kaku seolah dirinya pohon.
Perubahan lainnya atas kegilaan
Young Hye, ia mengaku dirinya adalah pohon. Sering akhirnya Young Hye berdiri
terbalik. Ia merasa dari tangannya akan muncul akar yang mencuat ke tanah. Dan
ia juga merasakan akan tumbuh bunga di selangkangannya.
Di bab ini akan dikupas secara
total siapa kakak perempuan Young Hye. Sebagai anak pertama Kim Hye menanggung
beban hidup yang tidak sedikit. Rasa lelah itu ia sembunyikan hingga bertumpuk
dan puncaknya berupa kehancuran keluarga. Ada sisi perenungan tentang
kebahagian di bab ini dan lumayan mengusik pribadiku. Menjadi pribadi yang apa
adanya dan berada di lingkungan keluarga yang kondusif, bisa menjadi terapi
kebahagiaan untuk jangka panjang. Dan jangan biarkan masalah kecil ditunda
diselesaikan sehingga pada akhirnya jadi masalah besar.
Setelah membaca sampai akhir
buku, kesanku tidak jauh dari rasa depresi, stres, lelah, kesedihan, dan
kehilangan harapan. Vegetarian bukan buku tentang bagaimana menjadi vegetarian
yang berhasil. Melainkan buku drama yang khusus menggali sisi gelap manusia.
Dan aku mengaku sepertinya tidak akan membaca ulang buku ini. Selain butuh
konsentrasi mencerna alur cerita dan narasinya, suasana buku ini yang mencekam
dan gelap bisa memberikan efek yang tidak bagus untuk mood. Tapi, buat kalian yang
suka membaca buku, rasanya sayang sekali kalau tidak mencicipi buku yang
berprestasi ini.
Sepertinya bisa bikin pembacanya frustasi juga ya kak?
BalasHapusIya betul. Walau pun digadang-gadang cara berceritanya yang indah, tetap saja pembaca akan terpengaruh isi ceritanya.
HapusBaru baca review sudah buat saya frustasi, hehe jadi takut deh baca bukunya
BalasHapusJangan takut atuh. Walau hanya sekali, boleh atuh dicicip buku yang berprestasi ini. Siapa tahu ada kesan yang beda jika dibaca oleh kami 😀
HapusTernyata bukan hanya saya saja yang tidak terlalu suka novel fiksi ala2 kontemporer tapi tidak masuk akal. Mungkin kalau itu cerpen atau sastra bisa dimaklumi karena methapor nya bertebaran. Yang jelas, novel ini serem ya :D
BalasHapusCukup tahu saja, begitu kesan saya selesai membaca buku ini. Setidaknya saya sudah merasakan membaca novel kelas internasional dan cukup berat. Hahah.
Hapus