Penulis : Tim Buku
TEMPO
Penyunting : Amarzan
Loebis, Anton Aprianto, Bagja Hidayat, Redaksi KPG
Tim produski : Djunaedi,
Eko Punto Prambudi, Fitra Moerat Sitompul, Rudi Asrori, Tri Watno Widodo
Perancang sampul & tataletak : Landi A. Handwiko
Penerbit : Kepustakaan
Populer Gramedia (KPG)
Terbit : Desember 2016
Tebal buku : x + 107
halaman
ISBN : 9786024242329
Harga : Rp50.000
Sesuatu yang baru ketika aku memilih bacaan buku biografi
yang terkait sejarah. Sebelumnya aku belum pernah membaca jenis buku seperti
itu. Pilihan pun jatuh ke sosok Soe Hok Gie. Kerap dipanggil Gie. Awal mula
aku mengenal nama Gie dari sebuah film Gie yang pemerannya Nicolas Saputra.
Tidak ada bayangan siapa itu Gie ketika menonton filmnya.
Buku Gie Dan Surat-Surat Yang Tersembunyi memberikan aku
penggalan-penggalan lain terhadap sosok Gie. Pemuda yang lahir pada tanggal 17
Desember 1942 ini merupakan tokoh terkenal pada peristiwa gerakan mahasiswa
1966. Peristiwa gerakan mahasiswa 1966 itu sendiri adalah masa transisi dari
Orde Lama jadi Orde baru.
Melalui sudut pandang Gie, pembaca diperkenalkan dengan
situasi negara pada saat itu. Gie merupakan mahasiswa yang suka sekali mengkritik
lingkungan bahkan negara. Presiden pada masa itu pun tidak terlewat dari
kritikannya.
Lewat buku ini pula, aku baru tahu jika kebiasaan buruk
petinggi-petinggi negara yang korupsi sudah muncul sejak masa Presiden Sukarno.
Dan PR besar untuk menghapus korupsi di jajaran petinggi negara hingga saat ini
belum membuahkan hasil. Atau apakah memang tidak akan pernah berhasil menghapus
korupsi dari negara indonesia?
Gie meninggal ketika dirinya sedang mendaki Gunung Semeru
pada tanggal 16 Desember 1969. Bagian yang menceritakan kronologis kematian Gie
dan salah satu kawannya lumayan membuat saya merasa sedih. Dari awal buku kita
sebagai pembaca memang didekatkan dengan sosok Gie. Dari mulai kebiasaan, jalan
pikirian, idealisme, hingga sisi Gie lainnya yang belum pernah diungkap. Ketika
sampai pada bagian Gie meninggal, aku merasa perjuangannya belum selesai tetapi
takdir memaksanya untuk selesai, dan itu getir.
Dengan mengenal Gie pula, aku merasa sosok mahasiswa seperti
dia akan jarang dijumpai pada masa sekarang. Mahasiswa yang peduli kepada
rakyat dan mau menyentuh bidang negara untuk melakukan perubahan. Sebagian
besar mahasiswa saat ini sudah terbuai dengan kondisi nyaman dan aman tanpa
perlu berpikir bagaimana membangun negara yang bersih.
Tidak banyak yang bisa saya ungkap untuk menceritakan buku
ini. Bingung harus melihat dan mengupas dari sisi mana. Yang pasti, buku Gie
Dan Surat-Surat Yang Tersembunyi akan memberikan pengetahuan sejarah baru
utamanya pada tahun 1966.
0 komentar:
Posting Komentar