Judul : Affectum
Penulis : Nessa Theo
Pemeriksa aksara : R. Tris Sella
Penyunting : Laura Ariestyanti
Desain cover & penata letak :
Nessa Theo
Ilustrasi isi : Team Pixabay, Nessa Theo
Penerbit : El-Markazi
Terbit : Maret 2017, cetakan pertama
Tebal buku : 144 halaman
ISBN : 9786026777461
Harga : Rp-
Nessa Theo memberikan satu contoh sebagai penulis belia yang berani berkarya. Affectum menjadi karya pembuktian dari kekuatan melamun. Mencintai, menjadi objek utama yang jika ditelusuri memiliki banyak bentuk dan Nessa Theo memperlihatkannya tanpa berubah menjadi sok dewasa.
Saya tidak paham makna Affectum itu sendiri apa. Mencari di google pun susah. Dan tidak mengerti
pula jika ditemukan pengertiannya dalam bahasa inggris.
Affectum merupakan kumpulan cerita dan puisi. Ada 8 cerpen dan 7
puisi. Buat saya, puisi tetap menjadi bagian personal penulis dan saya tidak
akan mengomentari mengenai makna puisi yang muncul pada buku ini (tidak
terbiasa dengan puisi). Ketujuh puisi ini berjudul Penantian, Affliction, Denganmu, Aku dan Bumi, Telah Tenggelam,
kenikmatan Hampa, dan Surat Ulang
Tahun.
Lalu, ada 8 cerita pendek yang
disajikan penulis. Saya punya pemahaman benang merah pada kedelapan cerita
pendek tersebut adalah ‘mencintai’.
Malam ke-82, dengan menganalogikan ‘aku’ menjadi burung hantu,
penulis mengingatkan untuk ‘mencintai’ dengan logika. Sebesar apa pun perasaan
cinta burung hantu pada bulan, sekeras apa pun usahanya menggapai apa yang
dicintainya, hasilnya hanya kemustahilan. Mencintai jelas-jelas butuh logika.
Satu Meter, menampilkan murid laki-laki dungu yang mencintai diam-diam
kepada Zoe. Tidak bisa menjadi dekat, hanya sekedar memahami pujaannya dengan
detail. Penulis seakan-akan ingin memberikan pandangan jika menjadi pengagum
rahasia itu lebih banyak tahu pujaannya dari pada si yang dipujanya. Berbicara
tentang mencintai diam-diam, Kesempurnaan
Semu pun memiliki jalan kisah yang serupa. Tentang ‘Aku’ yang mengagumi
Ree. Murid laki-laki yang cerdas, rupawan dan masih banyak keunggulannya. Bisa
dikatakan Ree sebagai sosok sempurna. Tapi, di balik kesempurnaan itu ada
kesepian yang abadi. Sebab lingkungan menghindarinya untuk menyembunyikan perbedaan
yang bakal mencolok. ‘Aku’ bersimpati, sebagai pengagum saja.
Salah satu cerita favorit saya, Aku dan Seonggok Malam. Mencintai itu
mengorbankan. Diawali dengan pertemuan tak terduga, menjadi kekasih, lalu
berpisah. Mendadak sang pria bernama Winter Silvester mengakhiri kisah manisnya
dengan Layla. Mengharukan. Mereka pasangan romantis yang mesti berpisah karena
takdir. Ini cinta, dan cinta perlu berkorban.
Katalogia, memberikan pencerahan untuk menjadi pecinta yang berani.
Miles Maxwell bertemu pertama kali dengan Elise gara-gara mesin katalog di toko
buku. Belum meningkat hubungan perkenalan mereka, Elise menghilang bertahun-tahun.
Miles Maxwell mengabaikan Emma yang jelas-jelas mendekatinya. Rasa yang aneh
kepada Elise tak bisa dipadamkan. Dan penantian itu berujung indah. Katalogia mengajak
kepada pembaca untuk bergerak. Mencintai itu harus berani. Berani dengan
penjelasan, jawaban, dan kepastian.
Bisa dikatakan Naungan Gulita memiliki rasa sinetron.
Ini tentang mencintai yang harus memilih. Luce dan Hera adalah kekasih dengan
menganut agama yang berbeda. Hubungan mereka ditentang oleh Ibu dari Luce. Luce
jadi bingung untuk memilih antara Ibunya atau Hera. Namun, cinta mesti memilih.
Ada yang pernah punya peran sekedar teman curhat dari orang yang
dicintai? Aksara Untuk Lara
memiliki kisah seperti itu. Mencintai itu menawarkan luka. Hugo mengenal Lara
di satu senja. Hugo hanya jadi pendengar cerita-cerita luka Lara. Hugo sadar,
perannya hanya sebagai penawar luka. Itu caranya mencintai Lara.
Dan cerita terakhir, menurut saya
akan keren jika dilanjutkan, Melewatkan
Titik Temu. Mencintai itu bagian kesabaran. Dylan pernah punya kekasih dan
putus karena ditinggalkan. Ia kemudian dipertemukan dengan Amber. Ada kecocokan
antara keduanya. Namun, mencintai juga harus sabar. Sabar menemukan titik temu
hingga mereka bisa saling mengiyakan.
Affectum jadi karya debut Nessa
Theo. Setelah membaca keseluruhan isinya, saya pun harus mengatakan jika
cerpen yang ada, sudah seperti premis atau sinopsis. Cerita-cerita tersebut
mempunyai potensi besar untuk dijadikan masing-masing judul. Dan ini PR
sekaligus tantangan buat penulisnya, ada keinginan atau tidak untuk
mengembangkannya.
Karena saya membaca lewat Ebook, jadi disayangkan sekali
penggarapannya masih ditemukan banyak typo.
Ini boleh jadi perhatian untuk editor agar diperbaiki.
Untuk kover, dilihatnya terlalu sederhana.
Hanya warna hitam-putih dan menurut saya belum mempresentasikan isi bukunya. Menariknya, di dalam buku ini juga banyak sekali gambar-gambar pendukung, sehingga membuat mata tetap segar, hehe. Ditambah mengenai tagline-nya ‘Tidak
semua kisah berakhir bahagia’, sebaiknya tidak perlu ditulis saja. Pembaca
akan menduga dahulu mengenai isi kisahnya yang warna-warni. Biarkan saja
warna-warni tadi jadi kejutan dan kenikmatan ketika membaca.
Saya salut sekali buat penulisnya
yang terbilang belia, 16 tahun, sudah bisa menerbitkan buku dengan tema yang
rada dewasa, cinta dan segala bentuknya. Namun, sosok penulis tidak
ditinggalkan dengan dibuktikan beberapa cerpennya mengambil dunia anak sekolah.
Akhirnya, untuk perkenalan dengan
Affectum, saya memberikan rating 3/5.
Covernya yang sederhana menurut saya sudah merepresentasikan isi bukunya. Saya setuju kalau taglinenya lebih baik ditiadakan biar pembaca menerjemahkan sendiri ceritanya. Mas Adi dapat kesempatan n baca lebih awal ya, ditunggu bukunya kalau sudah rilis.
BalasHapusAlhamdulillah, dipercaya penulisnya untuk menjadi pembaca lebih dulu. Hehe.
Hapus