Penulis: Ika Natassa
Desain sampul: Ika Natassa
Editor: Rosi L. Simamora
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Desember 2015, cetakan kedelapan
Tebal buku: 344 halaman
ISBN: 9786020318929
Harga: Rp79.000
Saya pernah menulis di twitter kalimat ini, ‘Setiap buku membawa pesannya sendiri. Ketika buku hanya dibaca dan diresensi tanpa dirasakan, apa buku merubahmu?’. Saya ingin buku yang saya baca memberikan efek meningkatkan kualitas diri. Bukan sebatas hiburan pas dibaca, selesai baca lupa semuanya.
Ika Natassa, di Critical Eleven membuka lebar-lebar kehidupan rumah tangga. Diwakili pasangan suami istri Tanya Baskoro dan Aldebaran Risjad, penulis mengingatkan pentingnya memahami tujuan awal menikah untuk mencegah robohnya rumah tangga pas badai datang. Ale dan Tanya adalah pasangan suami istri yang harmonis. Ale bekerja di perusahaan minyak di tengah laut, yang punya jadwal meninggalkan istrinya di Jakarta untuk beberapa waktu, tidak membuat hubungan mereka rusak. Jarak bagi mereka hanya tantangan. Sampai pada satu waktu, keharmonisan pasangan Ale dan Tanya diuji sejak buah hati yang dinanti harus diambil lagi oleh Allah setelah dititipkan sebentar. Ditambah ketololan Ale yang mengucapkan kalimat ‘kemungkinan’ yang langsung menghancurkan perasaan Tanya. Mulai dari saat itu hubungan Ale dan Tanya jadi sedingin kutub.
“Mungkin kalau dulu kamu nggak terlalu sibuk, Aidan masih hidup, Nya.” (hal. 81)
Saya akui tidak ada rumah tangga yang tidak diterpa masalah. Bentuk masalahnya tentu saja berbeda-beda. Bisa soal uang, soal orang ketiga, soal tanggung jawab, atau faktor lain yang ukurannya bisa sepele, sedang, atau berat. Lewat Critical Eleven, penulis mempresentasikan satu contoh masalah rumah tangga yaitu kehilangan buah hati dan kesalahan ucap, dan bagaimana solusi menghadapi masalah tersebut.
Saya melihat rumus Critical Eleven adalah memperjuangkan dan memaafkan. Ini salah satu solusi masalah rumah tangga yang ditawarkan Ika. Ale mengakui kesalahan mulutnya yang lancang. Ia berusaha dengan segala cara untuk minta maaf dan mengembalikan Tanya pada sosok sebelum kesalahan itu. Usaha keras yang dilakukan Ale kadang diakuinya tidak akan dilakukan oleh pria lain. Ale tidak ingin kehilangan Tanya, ia pun berjuang untuk di sisinya. Misal, tetap membuatkan kopi kesukaan Tanya walau kopi buatannya selalu ditolak tidak diminum. Sedangkan Tanya yang kadung kecewa dan tidak mempercayai Ale, membuka semua masa lalu sejak pertemuan pertama hingga konflik itu muncul. Tujuannya satu, mencari kekuatan dari alasan kenapa ia memilih Ale pada saat dilamar kemudian dipersunting. Proses yang dilakukan Ale dan Tanya mengingatkan kita untuk menguatkan fondasi rumah tangga sebelum membangunnya. Fondasi yang kuat akan menjadi pijakan untuk memperjuangkan dan memaafkan pasangan.
Pola alur yang mengombinasikan masa kini dan masa lalu membuat kisah Ale dan Tanya utuh diceritakan. Tidak ada bolong yang disisakan penulis, mulai dari pertemuan pertama di pesawat, pacaran, menikah, hingga masa setelah menikah. Selain kisah Ale dan Tanya, penulis menggenapkan dengan menyisipkan masa kecil Ale, kisah pertemuan pertama orang tua mereka, cerita persahabatan dan keluarga, juga beberapa momen yang menunjang alur cerita. Ini penting, sebab latar belakang yang lengkap membuat pembaca mengenali karakter dengan lebih jelas.
Membicarakan karakter yang muncul di novel ini, penulis mempersiapkan mereka dengan lengkap dan hidup. Tanya dan Ale merupakan sosok cemerlang dengan pembawaan karakter yang unggul, paras yang menawan, juga karir yang bagus. Untuk Tanya Baskoro sendiri saya tidak melihat cela. Ia sosok perempuan yang cerdas dan istri yang berbakti. Kedewasaannya terbukti ketika ia mempertanyakan kepercayaannya pada Ale, ia tidak gegabah memutuskan berpisah. Ia terus berusaha merekonsiliasi hatinya dari berbagai sisi. Sehingga sampailah ia pada kekuatan terakhir yang dimiliki untuk melanjutkan atau menyudahi. Sedangkan pada diri Aldebaran Risjad, memiliki karakter pria dewasa yang bertanggung jawab untuk segala urusan. Bahkan sejak ia dan Tanya masih pacaran. Ada yang pernah meninggalkan bioskop ketika jam solat tiba? Ale orangnya. Ada yang pernah memikirkan kalau rumah adalah elemen penting sebelum berumah tangga? Ale orangnya. Dia dikuriani sifat yang agung. Bahkan bagi Ale, menolong orang lain itu keutamaan. Sehingga ia tidak pernah menolak permintaan tolong dari ayahnya, ibunya atau adik-adiknya.
Emosi yang dibangun penulis mengejutkan pada beberapa titik, misalnya, ketika Haris dan Tanya merencanakan ulang tahun Ale. Drama yang seharusnya mengejutkan dan berakhir di salah satu restoran, justru menjadi titik puncak ketakutan Ale kehilangan Tanya. Setelah rasa khawatir yang memuncak, penulis membuat adegan pelukan yang mengharu biru. Pelukan kerinduan, pelukan takut kehilangan, pelukan cinta sang suami kepada sang istri.
Critical Eleven menjadi sebuah bacaan yang menginspirasi. Memberikan sebuah gambaran seharusnya menjadi calon suami dan menjadi calon istri. Cinta memang memegang peran penting dalam rumah tangga. Namun banyaknya elemen pendukung yang menyokong, jika satu elemen saja lemah, rumah tangga mudah digoyang oleh angin sepoi-sepoi. Mempersiapkan maksimal untuk mengambil peran suami/istri, menjadi pilihan mutlak. Tidak ada kompromi. Bukan perkara setelah berdua jadi pasangan suami istri, melainkan di garis start harus sudah siap, sehingga pada perjalanan rumah tangga pasangan akan mudah beradaptasi untuk masalah berdua, bukan masalah yang muncul karena ego pribadi masing-masing.
Buku ini menjadi pilihan untuk mengintip contoh rumah tangga dan permasalahan yang muncul. Buku ini membuka mata para calon pasangan untuk bersiap-siap menjelang masa manis dan pahit dalam rumah tangga. Dan tidak sedikit pun buku ini memberi kesan menakut-nakuti berumah tangga. Justru sangat manis menunjukkan indahnya berumah tangga.
Kabar bahagia, buku ini sedang digarap jadi film. Di film nanti karakter Ale akan diperankan oleh Reza Rahardian, sedangkan Tanya akan diperankan oleh Adinia Wirasti. Pemilihan peran yang matang tentunya. Siapa sih yang tidak kenal aktor Reza Rahardian? Beliau ini terbilang aktor mahir yang sukses dalam memerankan karakter yang dituntut. Setahu saya, Reza sangat maksimal dalam berperan. Saya juga menyukai Adinia Wirasti untuk berperan sebagai Tanya. Saya mengetahui kiprahnya di dunia perfilman sejak ia main di film Tentang Dia bersama Sigi Wimala. Acting Adinia selalu memukau dengan sisi naturalnya. Harapan saya, Reza dan Adinia akan menjadi pasangan di film ini yang mengesankan bagi pembaca novel Critical Eleven. Sebab, kami pembaca novelnya sudah mendalami ceritanya dan memiliki banyak bayangan setiap adegannya.
Saya juga membayangkan film Critical Eleven akan memiliki soundtrack yang menghangatkan dan berkesan. Saya berharap Melly Goeslaw diajak menggarap musiknya, sedangkan penyanyi terpilih adalah Agnes Monica dan Tulus. Kolaborasi yang bakal keren dan akan diingat penonton.
Untuk sang sutradara, saya ingin adegan puncaknya dikemas sangat, sangat, sangat maksimal. Ada 2 adegan yang saya nantikan bakal muncul di film Critical Eleven. Pertama, adegan ketika Ale khawatir Tanya akan meninggalkannya di kejutan ulang tahun, dan begitu menemukan Tanya, ia berlari mendekap Tanya dengan sangat erat, tidak ingin Tanya pergi. Kedua, adegan mengharukan ketika Tanya datang ke makam Aidan untuk pertama kalinya dan menangis sesenggukan. Juga adegan Ale yang menangis di kamar Aidan setelah lama ia tidak memasuki kamar itu sejak Aidan pergi. Ale menangis dengan tangan memegang pinggiran boks bayi dan menggugu.
Film ini akan menjadi contoh kisah cinta yang dewasa, cinta yang bertanggung jawab, cinta yang rela menyeimbangkan antara peran suami dan istri. Bikin penonton melihat pada dirinya dan berkata, "Aku akan menikah dengan persiapan maksimal demi pasanganku, demi keluarga baruku." Jadi makin tidak sabar menunggu filmnya rilis.
Rating novel dari saya: 4/5
- Berani menjalin hubungan berarti menyerahkan sebagian kendali atas perasaan kita kepada orang lain. (hal.8)
- Toko buku itu bukti nyata bahwa keragaman selera bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela. (hal.13)
- Kadang hidup lebih menyenangkan saat kita tidak punya ekspektasi apa-apa. (hal.14)
- Waktu adalah satu-satunya hal di dunia ini yang terukur dengan skala sama bagi semua orang, tapi memiliki nilai berbeda bagi setiap orang. (hal.17)
- Sebagai laki-laki, tugas utama kita adalah mengambil pilihan terbaik untuk diri kita sendiri dan orang-orang yang dekat dan tergantung pada kita. (hal.30)
- Hidup memang tidak pernah sedrama di film, tapi hidup juga tidak pernah segampang di film. (hal.40)
- Kata orang, saat kita berbohong satu kali, sebenarnya kita berbohong dua kali. Bohong yang kita ceritakan ke orang, dan bohong yang kita ceritakan ke diri kita sendiri. (hal.57)
- Ada banyak hal dalam hidup ini yang mungkin tidak akan dimengerti orang-orang yang belum mengalami sendiri. (hal.93)
- Kata orang, waktu akan menyembuhkan semua luka, namun duka tidak semudah itu bisa terobati oleh waktu. Dalam hal berurusan dengan duka, waktu justru sering menjadi penjahat kejam yang menyiksa tanpa ampun, ketika kita terus menemukan dan menyadari hal baru yang kita rindukan dari seseorang yang telah pergi itu, setiap hari, setiap jam, setiap menit. (hal.95)
- Berpasarah kepada-Nya karena Dia tidak akan member cobaan lebih daripada yang bisa kutanggung. (hal.97)
- Anak kecil terkadang memang lebih santai menghadapi perpisahan, ya. (hal.107)
- Apakah sosok seseorang itu bagi kita tergolong pahlawan atau penjahat tergantung dari seberapa besar kita mau berkompromi dengan nilai-nilai yang dia anut. (hal.112)
- Ujian keimanan seorang laki-laki itu bukan waktu dia digoda oleh uang, perempuan, atau kekuasaan seperti banyak yang dikatakan orang-orang. Ujian keimanan itu sesungguhnya adalah ketika yang paling berharga dalam hidup laki-laki itu direnggut begitu saja, tanpa sebab apa-apa, tanpa penjelasan apa-apa, kecuali karena itu sudah takdirnya. (hal.121)
- Kisah cinta paling indah sebenarnya adalah yang ditulis Tuhan sendiri dan nyata di sekeliling kita. (hal.207)
[ gambar film diunduh dari twitter Ika Natassa / @ikanatassa ]
[ gambar lainnya milik pribadi yang diedit ]
Aku barusan kelar baca ini. Beberapa jam yang lalu.
BalasHapusBuatku novel ini bagus. Banget. Cuma, ya itu, ada beberapa nilai di novel ini yang nggak sesuai aja buatku. Anya yang rajin sholat tapi pada satu kesempatan bilang kalo dia ada di bawah pengaruh red wine, misalnya. Aneh aja. Nanggung.
Apa yang kamu pikirkan, sama dengan saya, sisi religius yang membingungkan. Tapi, saya pun mesti memahami jika yang ditampilkan Mbak Ika adalah para urban. Justru dengan apa yang ditampilkan di buku ini, terasa sekali manusia-manusia seperti apa Tanya dan Ale, manusia biasa.
HapusAh, bicara soal agama, bagaimana ya kalau Mbak Ika membuat novel religi. Pasti menarik. Atau ada novel lainnya yang hampir menyerempet tema itu? PENASARANNNNNN :)
Currently reading this book! (lebih tepatnya baca ulang) Tinggal 3 bab lagi sih, hehe.
BalasHapusSemangat Bintang, buat ikutan lomba resensinya :)
Hapus