Penulis: Armadi S.
Pambudi
Penyunting: Rahmatika
Sari
Proofreader: Ratri P.
Ayu
Desain sampul: Ryan
W. Januardi
Tata letak: Ukhti
Winar
Penerbit: Penerbit
Ratisa Media
Cetakan: Pertama,
November 2015
Tebal buku: vi + 194
halaman
ISBN: 9786021087848
Harga: Rp40.000
Saya beli buku Seriously,
I’m In Love ini karena berharap menemukan cerita seru hasil karya penulis
pria. Sampai saat ini, saya masih menaruh ekspektasi tinggi untuk cerita yang
lebih berbeda jika ditulis oleh penulis pria. Tetapi, harapan itu tidak terjawab
di buku ini.
Seriously, I’m In Love
bercerita tentang gadis bernama Riana Mentari yang berumur 16 tahun. Ia tinggal
di Kota Jakarta bersama ayahnya, ibu tiri, dan saudari tiri bernama Rasya.
Hubungan Riana dengan keluarga tiri tidak terlalu baik, terutama hubungannya
dengan Rasya. Tidak dijelaskan kenapa hubungan Riana dan Rasya buruk. Saya menduga
karena hubungan tiri itu. 10 tahun di Jakarta membuat Riana ingin pergi ke
Solo. Di awal, ayahnya menolak keinginan Riana. Lama kelamaan, ijin itu pun
turun. Selain ingin menenangkan diri, Riana juga ingin berkunjung ke makam
ibunya dan tentu saja misi kecilnya mencari anak laki-laki yang ia temui
sewaktu masih kanak-kanak bernama Tio.
Di Solo ia berjumpa dengan Anandha Ardhi Pambudi, biasa
dipanggil Pampam. Pemuda inilah yang menjemputnya di stasiun . Cerita bergulir
manis khas anak SMA dan akan membuat kamu bernostalgia dengan kemeriahan abege.
Saya kira tema keluarga akan terasa kental di novel ini,
namun yang terjadi justru sisi romance
yang lebih pekat memenuhi hampir seluruh buku. Keluarga tiri yang tidak akur
memancing konflik yang menarik seandainya digarap penulis. Seperti ada
kegalauan membawa arah cerita, akhirnya penulis mengisi konflik dengan hubungan
percintaan dan persahabatan yang dialami tokoh-tokoh usia SMA ini. Bagaimana
penulis mengemas premis ‘cinta sebaiknya
diungkapkan dengan jujur’ memang menarik perhatian. Dengan membuat banyak
tikungan cerita, ending kisah yang
sebenarnya mudah ditebak pun menjadi yang ditunggu. Hubungan Riana dan Pampam
sudah jelas memberi kode akan berakhir dimana, ketika mereka bertemu pertama
kali. Penulis dengan berani membuat tokoh Pampam mengalami banyak kebodohan dan
kesalahan dengan menerima kisah cinta yang lain sehingga ending cerita menjadi tidak mudah berakhir.
Selain sisi romance,
kita akan menemukan bagian positif dari persahabatan Riana dengan Cantya, Sari,
dan Riris. Persahabatan yang digambarkan penulis memang kerap ditemukan di
lingkungan SMA. Mendukung ketika salah satu mengejar sesuatu, mengingatkan
ketika salah satu ragu, dan menjadi andalan ketika salah satu butuh sandaran.
Yang mengganggu di novel ini terletak pada gaya bercerita
penulis yang menggunakan POV pertama dari sisi Riana dan Pampam. Kebanyakan
narasi dibuat seperti tulisan curhatan seseorang. Banyak kalimat yang
strukturnya tidak nyaman dibaca. Paling parah di novel ini, ditemukannya banyak
typo. Banyak sekali jumlah typo-nya sampai saya bingung untuk
menandai. Selain typo penulisan kata,
kesalahan penggunaan tanda baca pun berserakan. Saya gemas sekali ingin
memperbaiki penulisan novel ini karena ceritanya memang sudah menarik. Dan tentu saja ini jadi pekerjaan rumah penyunting penerbit Ratisa Media.
Menilai kovernya, pemilihan warna biru telur asin dan gambar
gadis memakai jaket bertudung sudah sangat pas. Satu bagian yang harus
diperbaiki, gambar bayangan bunga-bunga sebaiknya dihilangkan. Bagian tadi
mengesankan feminim sedangkan penulis novel ini adalah penulis pria. Ah, ini soal selera saja, saya lebih
menyukai kover buku yang unisex, yang
aman dibawa oleh pembaca pria juga.
Ada juga selipan menarik mengenai perbedaan tari dan
Sendratari.
“... kalo tari itu kita hanya main olah tubuh. Nah, meski sama-sama ada pesan yang disampaikan, tapi yang ditonjolkan adalah pengemasannya, bagaimana seni olah tubuh itu tampak menarik dan tak membosankan. Kalo Sendratari itu menggabungkan seni tari dengan seni treatrikal, jadi yang lebih ditonjolkan adalah isi ceritanya dengan kemasan yang tak kalah menarik juga....” [hal. 122]
Seriously, I’m In Love
mengajarkan kita untuk selalu jujur mengungkapkan perasaan. Jangan memundurkan
kesempatan. Bukan tidak mungkin, dengan mengelak sekali, sekali itu juga kita
akan menyakiti yang lain. Percayalah kejujuran sebenarnya selalu membawa pada
banyak kebaikan.
Rating dari saya: 2/5
Catatan:
- Sahabat memang harus saling mendukung, meski itu sakit sekali pun. [hal. 34]
- “Intinya, kalau kamu punya masalah utarakan saja, jangan terus dipendam sendiri. Kamu gak hidup seorang diri. Bagaimana orang lain bisa mengerti dirimu jika kamu tidak berusaha menunjukkannya? Belajarlah untuk saling mengerti dan mengungkapkan sesuatu.” [hal. 67]
- “Tidak semua hal di dunia ini bisa kita mengerti, Riana.” [hal. 71]
- Mengawali sesuatu yang baru itu bukanlah perkara mudah. [hal. 83]
- “Riana, kalau kamu percaya jodoh tak akan kemana. Kamu tak perlu khawatir, sedih, atau pun takut. Percayalah, jika cintamu itu tulus, maka akan indah pada waktunya.” [hal. 125]
Penggunaan POV 1 secara bergantian antara kedua tokoh sangat aku suka sekali. Dengan begitu kita bisa memahami dan mendalami perasaan dari kedua tokoh utamanya. Sama seperti novel Critical Eleven dari Ika Natassa yang berhasil bikin aku kelojotan, wkwkwkwk. Tapi emang bagus sih.
BalasHapusAnw, aku kalah nih sama Mas Adin, uda review 2 buku aja di bulan November. Pasti sekarang uda baca buku ketiga kan ya? Wkwkwk. Aku sebenarnya juga sedang baca buku ketiga untuk bulan ini sih, tapi buku kedua yang aku baca kemarin (wonderfall) belum sempat direview, jadi baru 1 yang diriviu. Kehambat sama event sekolah sih, hehe. Tetap produktif, Mas. Kereeenn
Iya, betul POV begitu lebih menggali, asal perpindahannya jelas. Jadi inget novel Critical Eleven belum dibaca tuntas. Padahal sudah berkali-kali saya baca awalnya. Tapi entahlah, belum minat menyelesaikannya.
HapusIni terbilangnya molor Bintang. Harusnya udah 3. Sekarang sedang baca buku yang buat giveaway dan tebelnya menguji.. hehehe. Amin.. semoga tetap produktif.
Harga brp kalo boleh tahu? Trims
BalasHapusHarganya Rp40.000, Mas!
HapusTernyata ada d atas. Rp 40rb. Klo proofreader nya "niat", hrsnya ga ada typo.. buku/ penerbit indie apa bukan?
BalasHapusIya sih, sebanyak apa pun kata yang dicek, kalau serius digarap, bisa diminimalkan typonya. Hemm, saya kira ini bukan indie. Tapi penerbit yang baru merintis. Sebab saya cek websitenya, baru ada dua buku yang terbit, salah satunya buku ini.
Hapus