Judul: Wonder Fall
Penulis: Elektra
Queen
Editor: Alit Tisna
Palupi
Designer sampul: Dwi
Annisa Anindhika
Penata letak: Gita Mariana
Penerbit: Twigora
Cetakan: Pertama,
Juli 2016
Tebal buku: 328
halaman
ISBN: 9786027036260
Harga: Rp77.000
Novel Wonder Fall ini bercerita mengenai wanita bernama Amelie
yang berstatus janda dengan anak satu. Dua tahun setelah kematian suaminya, ia
dihadapkan pada rencana perjodohan dengan iparnya, Otto, yang digagas ibu
mertua. Amelie bingung harus menjawab apa.
Sedangkan di kantor, Amelie pindah menjadi asisten kepala Departemen
Personalia, Zach, yang gosipnya galak sekali. Namun, setelah melihat sikap Zach
kepada keponakannya, penilaian Amelie berubah. Ada sisi lain di diri Zach.
Lalu siapakah yang akan dipilih Amelie, Otto atau Zach?
“Suka atau tidak, sebagian besar masyarakat kita masih beranggapan kalau janda itu adalah statu nyaris hina yang dianggap sebagai ancaman. Yang orang tahu, para janda cenderung suka mengganggu lelaki lain, baik yang masih sendiri atau sudah punya pasangan. Kesepian adalah alasan utama yang dipercayai.” [hal. 107]
Tema cerita mengenai kehidupan wanita berstatus janda
sebenarnya bukan hal baru di novel. Hal yang digali seputar cibiran dan hinaan pada
wanita janda. Karena memang di masyarakat luas, status janda menjadi sangat
sensitif, mengesankan wanita kesepian yang kapan saja bisa menggoda pria mana
saja. Pandangan itulah yang dibawa Elektra Queen dalam novel Wonder Fall ini, untuk ia luruskan dengan pendapatnya. Melalui sosok
Amelie, penulis menggambarkan sosok janda yang terhormat dan elegan. Proses ini
yang membuat saya salut kepada penulis
karena penyajian ceritanya dibuat dengan tidak terburu-buru dan tanpa doktrin.
Ditambah ada bumbu plot lain seperti plot keluarga (keluarga
Lita dan anak-anaknya) dan plot pertemanan (Arianna-Visca-Amelie dan
Amelie-Tara). Plot samping ini tidak membuat garis besar cerita menjadi samar.
Justru, penulis membuat garis besar cerita semakin utuh melalui persinggungan
dengan plot kecil tadi, saling menunjang.
Dinamika ceritanya
tidak begitu terasa, menurut saya. Penulis lebih banyak mengurai hubungan
Amelie dan Zach, dan menonjolkan konflik perjodohan yang digagas ibu mertua.
Sekalinya ada lompatan konflik tinggi hanya pada bagian ketika salah paham Zach
pada Amelie urusan rencana pernikahan Amelie dengan iparnya. Di luar itu, semua
gejolak hanya berupa letupan yang timbul tenggelam. Sebabnya, penulis membawa
karakter yang memang tidak ada yang memiliki tempramen meledak-ledak. Sehingga,
rasanya segala kemunculan konflik kecil bisa terselesaikan dengan bijak. Ini
yang membuat saya tidak menemukan kesan mendalam pada novel ini.
Untuk eksekusi
konflik, karena tokoh dewasa yang dihadirkan, jadi terasa biasa saja. Semua
sudah bisa ditebak akan kemana dan konflik yang dihadirkan tidak akan menjadi
badai luar biasa. Kecuali, keberadaan pertanyaan yang sempat disodorkan penulis
di awal buku, yang kemudian menjadi satu
alasan saya mengejar jawabannya sampai akhir buku. Selama pernikahan itu, Amelie yakin kebahagiaannya sudah maksimal. Ryan
adalah tipe suami yang sangat pengertian dan sabar. Kecuali untuk satu masalah
yang selama ini disembunyikan Amelie rapat-rapat dari dunia [hal. 24].
Namun, jawaban yang saya dapatkan tidak membuat saya terkejut ala drama. Padahal
saya menaruh ekspektasi yang tinggi untuk misteri yang satu ini.
Tokoh utama di novel ini adalah Amelie Rashad dan Zachary
Barata. Amelie Rashad digambarkan
sosok wanita berstatus janda, pekerja keras, penyuka anak-anak dan sifat
mencoloknya tidak bisa tegas menolak pendapat orang lain. Gara-gara sifat ketidaktegasan
inilah yang membuat masalah perjodohan ia dengan Otto semakin panjang. Zachary Barata digambarkan pria yang
dewasa, pekerja keras, mapan, menyayangi anak, dan tentu saja susah
berkomunikasi baik dengan orang lain. Kenapa
harus selalu marah kalau bisa menggunakan bahasa lain yang nyaman untuk
telinga? [hal. 55].
Sedangkan lainnya berupa tokoh figuran yang ikut menguatkan
posisi tokoh utama. Ada Lita (Mamanya Amelie), Arianna & Arabel (adik
Amelie), Nadim & Kalila (Orang tua Ryan), Otto (Ipar sekaligus saudara
kembar Ryan), Gina (adik Ryan), Elsa (anak Amelie), Lionel (keponakan Zach), Tara,
Marco & Jonas Li (rekan kerja Amelie), Visca (teman Amelie dan Arianna),
Inge (wanita yang suka Zach).
Gaya bercerita penulis juga baik dan tata bahasanya
mengalir. Apalagi, di novel ini saya menemukan kata yang jarang digunakan,
seperti kata; terpentang, lengar, impak, pengar, menyugar, bindam. Ini menambah
kosa kata saya sebagai pembaca buku.
Menilai kovernya,
saya tidak suka. Sebab, sangat feminim. Bolehkah
saya meminta kepada penerbit untuk menggarap kover yang aman dan nyaman dibawa
pembaca pria, sekalipun ceritanya tentang wanita dan penulisnya seorang wanita?
Kalau harus berpendapat dan menanggalkan permasalahan gender, kovernya memang menarik. Menampilkan sisi seksi melalui
banyak warna merah yang diaplikasikan melalui bibir berlipstik merah, kuku
bercat merah, bunga mawar merah dan warna hurup tulisan penulis pun dipilih
warna merah. Tentu saja, warna dan penggambaran kovernya menunjukkan jika
cerita Wonder Fall ini untuk wanita
dewasa. Kekurangannya, sebegitu seksinya kovernya, tidak ada adegan panas di
dalamnya. Lho?!
Melalui novel ini saya belajar untuk bisa mengekspresikan
keinginan hati, suka atau tidak suka. Bersikap tegas selalu dibutuhkan dalam
kondisi apa pun sebab keraguan lebih banyak membawa kemalangan. Jadi, bersikap
tegaslah untuk banyak urusan, apalagi urusan asmara. Dan novel ini pas dibaca
oleh pembaca perempuan menjelang dewasa dan pembaca perempuan dewasa.
Rating dari saya: 3/5
Catatan:
- Tampaknya kata-kata orang bijak ada benarnya, waktu bisa menyembuhkan luka. [hal. 8]
- Tapi, pengalaman memang guru yang sempurna. [hal. 24]
- Sayang, tidak ada yang abadi di dunia ini. [hal. 25]
- Kritik tidak kehilangan maknanya hanya karena diucapkan dengan bahasa yang enak didengar. [hal. 59]
- Tapi, perempuan kadang membuat hal sederhana menjadi drama. [hal. 100]
- “..., kadang kita hanya harus tahu cara menghadapi seseorang. Cara yang tepat akan memberi hasil yang memuaskan.” [hal. 169]
Typo:
- tapi = Tapi [hal. 108]
- Zachary Bastian = Zachari Barata [hal. 130]
- ama = Lama [hal. 234]
Berarti seperti buku2 Indah Hanaco. Banyak memasukkan kosakata2 baru dan lumayan bagus buat kita untuk nambah vocab.
BalasHapusSoal kavernya memang iya, perempuan banget. Terlepas dari kesan elegan, kavernya lebih menargetkan untuk dibaca kalangan perempuan. Sekilas menurutku kok mirip buku tata cara make up ya? Hehe. Bagi orang yang tidak tahu, mungkin akan berpikir demikian kali ya?
Saran garis keras banget nih untuk penerbitnya.
Saya justru lupa bukunya Mbak Indah Hanaco yang mana yang sudah saya baca. Hehe.
HapusBetul, terlalu feminim dan bikin nggak PEDE pas dibawa ke tempat umum atau kantor. Penerbit harus mulai kreatif bikin kover yang unisex.
Haha... kavernya kurang nendang.Cwe belum tentu beli, cowo lbh ga mgkn lg..
BalasHapusIni pentingnya membuat kover yang tidak hanya harus indah, tapi bisa diterima pembaca.
Hapus