Mengharukan, begitulah yang saya rasakan setelah berada di
halaman terakhir. Kisah keluarga yang dicampur dengan kisah percintaan remaja,
membuat musim panas Belly mengesankan saya selaku pembaca.
Judul: The Summer I Turned Pretty
Penulis: Jenny Han
Penerjemah: Chefira Inda P
Penyunting: Nunung Wiyati
Penyelia: Ang Tek Khun
Penata letak: Techno
Desain sampul: Ellina Wu
Penerbit: Gradien Mediatama
Terbit: Februari 2012
Tebal buku: 288 halaman
ISBN: 9786022080503
Seorang gadis. Dua orang pemuda. Dan, musim panas yang mengubah segalanya.
Setiap kali musim panas tiba, Isabel (Belly) dan keluarganya
menghabiskan waktu bersama keluarga Conrad dan jeremiah di rumah musim panas
mereka di Cousins Beach – sejak mereka masih belia. Tahun demi tahun berlalu. Namun
musim panas kali ini, Conrad dan Jeremiah telah menjadi pemuda-pemuda yang
mencuri hati para gadis, sementara si anak bawang Belly telah menjelma menjadi
seorang gadis remaja yang rupawan.
Belly telah memuja Conrad semenjak ia dapat mengingat hal
itu. Namun, Jeremiah lebih lugas dalam mengutarakan isi hatinya. Di antara
keduanya, hadir Cam – seseorang yang muncul dengan perhatian mendalam di masa
kecil mereka.
Apakah musim panas kali ini akan menjadi musim panas berbeda
yang akan mengubah segalanya?
Ini merupakan perkenalan pertama saya dengan karya penulis
bernama Jenny Han. Nama penulis ini sudah wara-wiri di kalangan blogger buku
untuk novelnya yang berjudul To All The
Boys I’ve Loved Before dan P.S. I
Still Love You. Sayangnya, saya belum berjodoh untuk membaca kedua judul
buku tadi. Enggak apa-apa, Insya Allah
di kesempatan lain akan saya usahakan baca.
The Summer I Turned
Pretty, yang diterjemahkan penerbit Ketika
Aku Menjelma Cantik, merupakan bagian paling kecil yang tidak saya sukai.
Bukankah seharusnya Musim Panas Ketika
Aku Menjelma Cantik? Lupakan saja soal judulnya dan saya harus mengakui kalau
ide cerita yang digarap penulis ini berhasil sesuai keinginannya membuat cerita
tentang persahabatan yang abadi, persahabatan yang melampaui cinta seorang
kekasih, dan melampaui segala bentangan pantai, buah hati, dan masa hidup, seperti
yang tertulis di halaman 5.
Pada awalnya saya sedikit tersendat-sendat dengan kalimat
terjemahan yang menurut saya belum mengalir dan bisa dinikmati. Namun karena
ide cerita yang bagus, saya bertahan membaca hingga selesai. Kalian juga akan
mudah terserang jenuh ketika di awal-awal cerita sebab penulis masih berkutat
membeberkan hubungan keluarga Belly dan keluarga Conrad. Plot campuran
perpaduan antara plot maju dan diselingi plot mundur, menegaskan lebih detail
mengenai banyak kenangan yang mempengaruhi masa kini. Kilas balik yang
diselipkan menjadi bagian utuh cerita sehingga tidak ada yang janggal atau
tertinggal.
Yang menarik di novel ini menurut saya ada dua konflik. Pertama,
konflik mengenai cinta remaja yang dialami Belly terhadap Conrad namun harus
rumit oleh kehadiran Jeremiah yang lebih terbuka dan Cameron. Penulis sukses
membuat percintaan ini menjadi cerita panjang karena tokoh yang terlibat memiliki
karakter yang rumit. Belly merasa kalau Conrad hanya menganggapnya adik dari
seorang temannya. Conrad tentu saja bukan tipe pemuda yang bisa mengungkapkan
langsung apa yang ia rasakan. Sedangkan Jeremiah adalah sosok ekspresif sekaligus
menyebalkan dengan gurauannya dan itu membuat Belly tidak pernah melihat
keseriusan padanya. Kehadiran Cam yang manis tentu saja semakin membuat kisah
percintaan menjadi runcing, terutama untuk Belly, Conrad, dan Jeremiah.
Kedua, konflik keluarga yang penulis ungkap ketika menjelang
akhir cerita. Banyak sekali fakta tak terduga mengenai kondisi keluarga
Susannah dan itu jelas membuat keluarga Belly ikut merasakan bebannya. Pada
bagian inilah saya merasa diaduk-aduk rasa haru. Dua keluarga yang dekat dan
layak dicontoh bagaimana mereka menghargai satu dengan yang lain. Hubungan
persahabatan yang abadi yang menguatkan kritis apa pun. Dijamin kalian akan
ikut berkaca-kaca membaca bagian ini.
Melihat kovernya, saya suka sekali dengan gambar seorang
gadis memakai earphone dan sentuhan bunga matahari, menyiratkan suasana musim
panas yang kental. Sedikit harapan saja, akan lebih bagus jika kover
menampilkan pemandangan pantai, sehingga setting cerita akan lebih terasa.
Jadi masih ragu untuk membaca novel Jenny Han yang ini? Saya
sih berharap bisa membaca kelanjutan kisahnya di novel It’s Not Summer Without You!
Menurut saya, novel The
Summer I Turned Pretty ini sangat cocok dibaca oleh perempuan muda dan para
ibu. Bagi perempuan muda, novel ini semacam panduan mengenai memahami perasaan
cinta dan memahami peran anak perempuan di dalam keluarga. Lalu, bagi para ibu,
novel ini juga menjadi pandangan baru dalam memberikan pengertian sekaligus
pendidikan terhadap anak-anaknya yang menjelang atau sudah dewasa.
Rating dari saya: 3/5
aku baca To All The Boys I’ve Loved Before kok mandeg di tengah ya, entah kenapa
BalasHapusMungkin sudah mulai kurang suka cerita yang full romance.. agak bergeser ke yg lebih serius kayaknya hehe :)
HapusAndai blogku sering dikunjungi sama mas Dion xD *Ngarep banget kai ya* hahaha. Buku ini masih dijual nggak ya? Jadi pengin baca juga
BalasHapusHahaha, Mas Dion bakal berkunjung kalau kita juga berkunjung. Sama-sama mampir gitu. Terus, buku ini saya dapat diobralan gramedia. Saya juga sedang mencari part 2 nya, tapi belum ketemu. Semoga segera punya, hehe :)
HapusJenny Haaannn!! Alhamdulillah voucher kemarin salah satunya aku beliiin buku jenny han yang to all the boys sama p.s i still love you, hehe. penasaran bangeet sama buku itu soalnya. Apalagi di bulan april 2017 nanti bakal keluar sequel ketiganya. Can't waiiitttt
BalasHapusWah beruntungnya kamu Bintang. Saya harus bersyukur membaca buku ini, buku yang keduanya susah dicari euy. Hehehe. Saya juga suka dengan kisah percintaan yang dibawakan Jenny Han. Semoga bisa ikut baca buku terbarunya di lain kesempatan :)
Hapus