Judul: The Adventures
of Pinocchio
Judul terjemahan: Petualangan
Pinocchio
Penulis: Carlo
Collodi
Alih bahasa: Lulu
Wijaya
Desain & ilustrasi sampul: Ratu Lakhsmita Indira
Penerbit: PT Gramedia
Pustaka Utama
Terbit: 2014
Tebal buku: 208
halaman
ISBN: 9786020304663
Harga: Rp40.000
Saya yakin banyak yang sudah tahu garis besar kisah
Pinocchio ini seperti apa. Secara, kisah klasik ini sudah dibuat film
kartunnya. Namun , saya ingin meringkasnya supaya kita lebih ingat. Awalnya
hanya sebongkah kayu biasa. Ia ditemukan oleh Mastro Antonio dan hendak dibuat
kaki meja. Pada saat pengerjaannya, Mastro Antonio mendengar suara-suara aneh.
Bersamaan itu, datang Mastro Geppeto yang sedang mencari kayu untuk dibuat
boneka tali. Seperti takdir, sebongkah kayu jadi milik Mastro Geppeto dan dibuat
olehnya menjadi boneka tali anak laki-laki yang ia beri nama Pinocchio.
Belum selesai menjadi boneka, Pinocchio sudah membuat Mastro
Geppeto kewalahan. Pinocchio menjadi boneka tali yang aktif, pembangkang, dan
tentu saja pembohong. Berangkat dari
sini, kisah Pinocchio bergulir seru. Lebih seru dari filmnya, sebab banyak
sekali bagian cerita yang tidak terrekam di film. Apakah Pinocchio akan berubah
menjadi anak laki-laki seperti di filmnya?
Membaca kisah klasik Pinocchio ini seperti sedang
beristirahat dari kegiatan membaca novel-novel yang lebih serius. Saya katakan,
buku ini memang memuat kisah yang sederhana. Dimaklumi saja, sebab kisah
Pinocchio ini memang ditujukan untuk anak-anak. Namun, saya sedikit kurang
setuju dengan label ‘cerita anak-anak’, dengan pernyataan anak-anak boleh
membaca buku ini. Sebab, kenakalan
Pinocchio yang dikisahkan penulis terlalu keterlaluan.Misal, membunuh
jangkrik dengan palu, berkata tidak sopan dengan orang yang lebih tua, tukang
ingkar janji, dan pembohong. Saya menyarankan buku ini dibaca orang tua,
kemudian diceritakan kembali kepada anak dengan bahasa yang lebih halus.
Ide cerita yang
dikembangkan penulis memang sederhana. Melalui tokoh boneka tali, penulis
menuturkan perubahan dari sosok nakal menjadi baik. Selain itu, penulis mengemas dengan apik melalui
petualangan yang dialami Pinocchio dan mempertemukannya dengan banyak
karakter seru. Contoh; Jangkrik Berbicara, Harlequin & Pulcinella (boneka
tali ), Pemakan Api (Sutradara Teater), Rubah, Kucing, Pembunuh, Peri Cantik
Berambut Biru, Pak Burung Nuri, Seekor Ular Raksasa, Si Petani, Musang, Burung
Dara, dan masih banyak karakter lainnya.
Di buku ini, saya ingin menggambarkan jika klimaks dibagi
dua. Penilaian saya pada cerita yang membuat saya benci/gemas/suka/jatuh
cinta/mengesankan. Pertama, bagian
ketika Pinocchio melakukan banyak kenakalan dan kembali sadar, kemudian nakal
lagi dan sadar lagi, terus hingga beberapa kali. Itu membuat saya tidak
menyukai karakter Pinocchio. Apalagi, dia berdalih sebagai boneka kayu yang tak
berotak. Menyebalkan sekali. Kedua,
bagian ketika perubahan sifat Pinnochio yang berangsur-angsur menjadi baik dan
bertanggung jawab terhadap hidup Geppeto dan dirinya sendiri. Ending-nya cukup melegakan dan saya kira
karena judul buku ini adalah petualangan, spoiler
akhir cerita tidak akan mengurangi petulangan itu sendiri.
Saya sedikit kurang puas juga untuk bagian adegan ketika
Pinocchio bohong kemudian hidungnya akan memanjang. Sebab, ternyata itu salah
satu bagian adegan kecil di novel ini, ketika ia bersama Peri Cantik Berambut
Biru. Kebohongan sebelum dan sesudahnya, tidak lantas membuat hidung Pinocchio
jadi panjang. Padahal, yang paling terkenal dari kisah Pinocchio ini terletak
pada hidungnya yang bisa memanjang jika ia berbohong.
Untuk hasil terjemahannya sudah sangat baik. Selama membaca
buku ini, saya lancar jaya. Meski, saya menemukan beberapa typo, namun tidak
cukup mengganggu.
Untuk karakter utama adalah Pinocchio dan Mastro Geppeto. Pinocchio ini boneka tali yang aktif,
pembangkang, nakal, pengumpat, pemalas, bodoh, polos dan pembohong. Sebagian
buku akan menceritakan semua keburukan yang dimiliki Pinocchio. Mastro Geppeto ini pria tua si tukang
kayu yang berhati lembut, mudah menangis, penyayang, dan pemaaf. Senakal apa
pun Pinocchio, Geppeto selalu bisa menyayanginya dengan tulus. Beberapa peran
figuran sudah saya singgung di atas ya!
Memerhatikan kovernya yang didominasi warna cokelat kayu dan
ada pola seratnya, membuat novel ini mengesankan klasik sekali. Sedangkan gambar boneka kayu yang belum
kelar, menegaskan kembali cerita isi bukunya, tentang petualangan si Pinocchio.
Yang ganjil adalah cap dari lilin berwarna merah yang biasa digunakan pada
jaman kerajaan dulu. Sebab, tidak ada cerita yang berhubungan dengan objek ini.
Maksudnya apa ya?
Buku ini menyampaikan pesan moral untuk jujur, hormat kepada
yang tua, menjadi dermawan, tidak berburuk sangka, menjaga pergaulan, dan masih
banyak nilai-nilai moral yang bisa disampaikan kepada anak-anak selaku generasi
masa depan. Dan, saya justru menangkap pesan dari buku ini untuk mengajarkan kepada orang tua menanamkan nilai-nilai kebaikan
melalui mendongeng. Tugas orang tua
bukan sekedar memberi anaknya makanan, hiburan, namun harus ikut serta
membentuk karakter si anak.
Rating dari saya: 3/5
Catatan:
- “Kau lihat,” cetus Geppeto, “benar kataku tadi, yaitu kita tidak boleh terlalu cerewet dan rewel tentang makanan. Sayangku, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari!” [hal. 31]
- “Anak-anak selalu berjanji begitu kalau menginginkan sesuatu,” tukas Geppeto. [hal. 32]
- “Tetapi ingatlah, seseorang tidak bisa dinilai dari pakaiannya, kecuali kalau pakaiannya itu rapi dan bersih.” [hal. 34]
- “Ingatlah bahwa anak-anak yang memaksakan keinginan mereka, lambat-laun pasti menemui nasib malang.” [hal. 57]
- “... Hari ini (tapi sudah terlambat!) aku telah mengambil kesimpulan bahwa untuk mendapatkan uang yang halal, orang harus bekerja dan tahu cara mencari nafkah dengan menggunakan tangan atau otak mereka.” [hal. 85]
- “Lapar, anakku, bukan alasan untuk mengambil sesuatu yang merupakan milik orang lain.” [hal. 93]
- “Sama sekali tidak. Ingatlah, tidak ada kata terlambat untuk belajar.” [hal. 116]
- “... Kau berbuat baik padaku, dan di dunia ini, apa yang diberikan selalu dikembalikan....” [hal.130]
- “Anak-anak mudah berjanji, tetapi juga mudah melupakan janji.” [hal. 144]
Kangeeenn baca cerita giniannn. Butuh penyegaran dari cerita cinta2an, wkwkwk
BalasHapusKayak istirahat gitu :)
Hapus