Setelah membaca
tuntas Senja di Langit Ceko, justru
muncul pertanyaan ‘kenapa?’. Penulis sengaja sekali merusak mood pembaca yang begitu hanyut dengan
detail negara Ceko yang indah sekali dan suasana romantis ala Senja-Saujana,
dengan ending cerita yang menohok.
Ini tidak adil bagi kami para pembaca. Namun, ketidakadilan ini jadi prestasi
penulis menghipnotis pembaca lewat cerita yang dibuatnya.
Judul: Senja di
Langit Ceko
Penulis: Kirana
Kejora
Cover: ANS
Layout: Rio Maykha
Editor: Agus Mutaram
Penerbit: Dua Media
Terbit: 2016
Tebal buku: 290
halaman
ISBN: 9786027270718
Harga: Rp65.000
Dua orang keras kepala,
dua orang cerdas, yang awalnya sering debat kusir akhirnya memutuskan menikah.
Sejarah mengenai kehilangan orang tua menjadi perantara keduanya untuk bersatu.
Dan setelah menikah, mereka melakukan bulan madu ke negara Ceko. Senja
menikmati perjalanannya. Saujana membawa pula misi mencari ayahnya yang hilang
di kota itu. Perjalanan super romantis suami istri itu harus menjadi lara
ketika takdir yang bicara. Ada apa dengan Senja dan Saujana?
Saya menyesal mengabaikan novel ini dari sejak saya
menerimanya. Salah penulis juga, kenapa awal novel diceritakan debat kusir dua
orang cerdas yang kata-katanya susah dipahami. Rasa yang saya temukan setelah
melanjutkan baca, cukup tercekat dan dada merasa hangat. Ternyata dua orang
cerdas itu hanya sedang jaga harga diri.
Ide cerita yang menyatukan dua orang keras kepala terus
bulan madu di negara indah, sempat membuat saya pesimis. Jangan salah, hasil
tangan penulis membuat ide itu briliant
berkat detail negara Ceko yang indah yang dinarasikan dengan sangat rinci.
Klasik, romantis, bersejarah, dingin, salju, berpadu menghanyutkan imajinasi.
Ditambah, pembaca akan jadi lebih tahu mengenai negara Ceko berkat membaca
novel ini yang sarat informasi sejarahnya.
Klimaks konflik akan ditemukan di akhir-akhir buku. Kejutan
yang cukup tidak terduga dan tidak terlacak sebelumnya, membawa novel ini
sedikit lebih menyenangkan. Sebab pada bagian akhir-akhir novel ini, pembaca
akan dibuat merana oleh kejadian yang ‘kenapa
harus terjadi?’.
Karakter tokoh utama sangat hidup. Keduanya manusia cerdas
dan punya harga diri. Namun semua berubah ketika mereka sudah menikah.
Kekonyolan, sifat manja, keras kepala dan adaptasi terhadap hubungan yang baru,
keluar dengan sendirinya. Tidak berlebihan. Saya kira semua pasangan akan
melakukan hal yang sama. Ada satu tokoh juga yang tidak akan saya sebutkan,
sebagai peran vital juga dan dia sangat baik, besar hati, santun, juga cerdas.
Penasaran, bukan?
Selama menjelajah negara Ceko, pembaca akan diajak
ke beberapa lokasi, bangunan, monumen dan tempat yang indah. Sebut saja Kastil
Praha, Katedral Santo Vitus, Jam Astronomi Orloj, Jembatan Karluv, Jembatan
Charles, dan masih banyak lainnya. Saya membayang semuanya seolah saya yang
sedang liburan.
Pembaca juga akan dikenalkan pada seorang penulis hebat
bernama Franz Kafka. Akan diulas karyanya,
kehidupannya, dan kisah percintaannya. Menarik sekali mengetahui bagian ini. Selain
Franz Kafka, ada juga penulis lain yang sekaligus presiden bernama Vaclav Havel. Sosok seperti apakah mereka?
Saya mendapat pelajaran di novel ini untuk mencintai
pasangan dengan cara memberi, mengimbangi, menghargai, dan menghormati. Dua
kepala tidak akan selalu seiya sekata. Mantra tadi tepat untuk menengahi
perbedaan. Juga rasa syukur karena masih diberikan kesehatan sehingga bisa
menikmati hidup lebih lama.
“Cinta itu memberi, mengimbangi, menghargai, dan menghormati.” [hal. 57]
Novel ini saya rekomendasikan untuk semua orang yang hakikatnya
akan dewasa. Mengingatkan kita makna cinta yang seharusnya, tidak menyakiti,
harus tulus, dan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan karena tidak ada
manusia yang sempurna. Akhirnya, saya memberikan rating untuk novel Senja di
Langit Ceko karya Kirana Kejora adalah 4 bintang dari 5
bintang.
:) :) :)
Typo:
luamayan = lumayan [hal. 42]
Senaj = Senja [hal. 77]
Pada tahun 28
Oktober 1918 = Pada tanggal 28
Oktober 1918 [hal. 150]
dainggapnya = dianggapnya [hal. 172]
suika = suka [hal. 177]
selama = selamat [hal. 186]
juag = juga [hal. 234]
Catatan:
- “Senja, selama mata kita diberi kesempatan untuk memandang, gunakan dengan baik, untuk menangkap kebenaran. Demikian dengan telinga, bibir, dan hati, karena kita tak pernah tahu batasan waktu kita di bumi.” [hal. 5]
- Senja, hidup hanya sekali, jangan meniadakannya tidak punya arti. Time change everything you know. [hal. 21]
- “Kejujuran hati, itulah kebenaran sejati.” [hal. 33]
- “Cinta itu tidak bisa mengikat, tapi membebaskan. Tidak bisa meminta tapi mempersembahkan.” [hal. 34]
- “... Doa adalah pusaka buat sebuah keluhan yang akan jadi harapan.” [hal. 37]
- “Semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak. Mereka dibekali dengan akal dan hati nurani dan harus bertindak dalam semangat persaudaraan...” [hal. 82]
- “...orang baik akan bertemu dengan orang baik dimana saja.” [hal. 186]
OMG! kenapa bisa mereka menikah?? penasaraannn
BalasHapusProses menikah itu hanya bagian kecil saja dari keseruan novel ini. Dan proses yang kecil itu, sangat berkesan lho. Yuk segera miliki novelnya!
HapusIya iya, sama juga pertanyaan saya, kok bisa mereka menikah? Dengan harga diri yang sama-sama tinggi, bagaimana bisa mereka kemudian memutuskan untuk mengikat diri masing-masing dalam janji suci pernikahan?
BalasHapusDan baru tahu saya ada penerbit Dua Media :))
Sebenarnya saya menyebutkan di atas kalau mereka itu hanya jaga harga diri saja. Hahahah. Saya juga nggak begitu familiar dengan penerbit ini. Ini perkenalan yang bagus buat saya.. :)
Hapusbisa krm kontak ke 085257587909? Almira Management...mau ada tawaran kerjasama ttg resensi buku, tks
BalasHapusOke, saya segera menghubungi nomor di atas. :)
Hapus