Jujur, novel ini tidak meninggalkan kesan
yang mendalam untuk saya. Proses membaca terbilang lancar, kalau pun sempat
terhenti itu karena saya mengantuk. Tapi saya mendapatkan pelajaran untuk
selalu membahagiakan seorang Ibu atas perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukannya.
Meskipun sebagai anak kita tidak bisa melunasi jasa Ibu.
Penulis: Pia
Devina
Editor:
Cicilia Prima
Desiner
kover: Teguh
Penata isi:
Putri Widia Novita
Penerbit: PT
Grasindo
Terbit:
Agustus 2016
Tebal buku:
vi + 194 halaman
ISBN:
9786023756537
Harga: Rp55.000
Setelah tidak
bertemu hampir dua minggu karena kesibukan workshop
kepenulisan, Chalinda ‘Chal’ Neomi bertemu mamanya di salah satu restoran di
Bandung. Tapi mama datang tidak sendiri, ia membawa sosok pria eropa yang
kemudian diketahui bernama Terenzio Lambardi. Pria ini, kata mama, akan menjadi
suami ketiga mama. Kabar ini jelas menjadi badai bagi Chal. Ia masih ingat
memori buruk pernikahan kedua mamanya dengan guru fisika di SMP-nya dulu.
Pernikahan yang bertahan hanya tiga tahun, rusak karena suami mama melakukan
KDRT.
Rencana pernikahan
akan dilakukan di Roma. Itu sesuai permintaan keluarga besar Terenzio. Sedangkan
syukuran kecil-kecilan akan dilakukan di Indonesia. Dan lima bulan setelah
pertemuan di restoran, Chal menginjakkan kaki di kota Roma. Di bandara
Fiumicino, pertama kalinya Chal bertemu Maurizio Folliero, pemuda yang
menjemput. Pada hari pertama itu, Chal dan Maurizio mendengar pembicaraan dua saudara
Terenzio yang mencurigakan mengenai pernikahan mamanya dan Terenzio. Chal takut
sesuatu yang buruk terjadi pada mamanya. Maurizio yang pada awalnya ingin tidak
peduli, akhirnya ikut membantu mencari tahu.
Berhasilkah
Chal dan Maurizio mengungkap di balik maksud kedua paman Terenzio? Lalu
bagaimanakah kelanjutan rencana pernikahan mamanya Chal?
*****
Saya memilih
novel Roma ini karena blurb yang mengundang rasa penasaran, terutama pada
bagian usaha Chal mengijinkan pernikahan mamanya untuk ketiga kali. Saya
membayangkan akan saya temukan cerita yang membuat hati merasa hangat oleh
konflik hubungan ibu anak, di sini diperankan Chal dan mamanya; Ermina Darra.
Hasilnya, saya menemukan konflik yang saya maksud namun tidak sampai membuat
saya merasakan kesan hangat tadi. Alasannya, plot yang bagus dicurangi oleh
penulis dalam memaparkan setting Roma
yang terlalu banyak (menurut saya).
Saya juga
menyayangkan konflik percintaan Chal, yang seharusnya cinta segitiga, yang
tidak tergali dengan maksimal. Karakter Ryan Watkins seharusnya diperkuat untuk
menjadi saingan Maurizio dalam menaklukan hati Chal. Di buku ini, Ryan Watkins
hanya muncul –kalau tidak salah- hanya dua kali. Pertama, ketika ia mengobati
kaki Chal yang terkilir, yang merupakan pertemuan pertama Chal dengan Ryan.
Kedua, ketika Chal pergi kembali ke BlueLeaves, kafe Ryan, untuk menghibur diri
setelah berhasil mengungkapkan rasa tidak percayanya pada Terenzio dan membuat
mamanya membatalkan pernikahan. Rasa persaingan itu tidak muncul dengan kuat.
Pemberian
nama pada ‘hampir’ semua tokoh yang muncul di dalam cerita juga sangat
mengganggu. Penulis bahkan memberikan nama pada pelayan di kafe Ryan yang
muncul hanya sekali, juga pada asisten rumah tangga di rumah keluarga besar
Terenzio. Pendapat saya, setiap nama tokoh yang diberikan, ada kewajiban penulis
untuk menggali karakternya. Gara-gara ini saya sering terkecoh oleh nama-nama
baru yang porsi kehadirannya tidak seberapa. Ditambah nama-nama Eropa yang
susah saya ingat.
Lalu apa
yang unggul dari novel Roma ini?
Saya suka
konfliknya yang ringan. Percintaan yang digarap penulis lewat Chal dan Maurizio
sangat manis. Awalnya tidak suka, kemudian suka akibat kebersamaan dan hukum
mutualisme. Proses penulis mendekatkan dua karakter ini patut diacungi jempol. Apalagi
saat keduanya mengelak dari perasaan aneh yang perlahan-lahan timbul.
Juga, cara
penulis bercerita saya bilang mengalir. Saya tidak tersendat-sendat ketika
membaca oleh kalimat-kalimat yang ambigu. Pemilihan diksi yang tepat membuat
novel ini aman dilahap. Berikut penokohan yang kuat untuk karakter utamanya;
Chal dan Maurizio, sudah sangat baik. Chal yang manja dan gampang panik. Maurizio
yang cuek campur simpati. Perpaduan yang kemudian membuat keduanya rada alot
untuk saling memahami.
Kovernya
sendiri sangat memikat dalam sekali lihat. Warna merah yang dominan menjadikan
Roma kelihatan menonjol, apalagi pemilihan warna putih untuk tulisan lainnya,
membuat kover terlihat bersih dan kontras.
Menurut saya
novel ini pas untuk pembaca yang suka dengan tema romantis berlatar kota yang
romantis, salah satunya kota Roma.
Yah jadi kangen mama deh....
BalasHapusTelepon atau kirim pesan atuh. Pasti beliau senang, hehe :)
HapusPenasaran sama novel-novel A Love Story Grasindo.
BalasHapusIya, Mbak, saya juga penasaran dengan judul-judul lainnya. Mungkin ada yang benar-benar bisa memikat saya. :)
HapusYaah kecewa dong, padahal ini kan hadiah GA :D
BalasHapusBegitulah kalau kadang memakai ekspektasi, hehe. Tapi masih terhibur lah :)
Hapus