Tidak ada yang tahu bahwa Julia Milano adalah
sosok di balik penulis best
seller terbitan BlackInk, tempat Julia
bekerja sebagai editor.
Ketika Ethan Hall, Sutradara ternama, ingin mengangkat salah satu
karya Julia ke layar lebar, mau tidak mau Julia harus membuka topeng yang
selama ini ia kenakan dan membuka diri untuk bekerja sama dengan pemuda itu.
Tapi siapa sangka, kedekatan membawa mereka pada
skenario yang membuat luka hati dan rahasia-rahasia yang mereka sembunyikan
tersibak.
Ketahuilah, seseorang
akan melakukan apa pun untuk orang yang dicintainya. Apa pun ...
# # #
Judul
buku: New York After The Rain
Penulis: Vira Safitri
Desain
cover: Marcel A. W.
Editor: Irna Permanasari
Terbit: 2015
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal
buku: 288 halaman
ISBN:
9786020315065
Harga: Rp 60.000 (sebelum diskon, gramedia.com)
Format: Ebook IJakarta
Ini pengalaman pertama saya membaca ebook via IJakarta. Aplikasi perpustakaan digital punya kota Jakarta. Lebih
hemat, lebih gampang, lebih efisien. Memungkinkan pemilik aplikasi untuk
meminjam buku di IJak selama buku tersebut belum habis stock-nya dipinjam pengguna lain.
New
York After The Rain merupakan novel yang meramu cerita romantis, hujan, penulis novel dan
sutradara. Rasa romantis yang dihadirkan penulis sangat terasa melalui
adegan-adegan yang dilakukan dua pria di sekitar Julia; Jacob Pierce dan Ethan
Hall. Kedua pria itu sangat menjunjung tinggi wanita dengan memperlakukan
sangat baik. Terbukti Julia sangat mengagumi Jacob Pierce dan kemudian harus
mengakui perasaannya yang berangsur-angsur berubah terhadap Ethan Hall.
Hujan yang kerap
mengguyur New York digarap penulis dengan manis. Sepanjang membaca ceritanya,
saya sampai ikut merasakan dingin musim hujan; entah ketika sedang gerimis,
ketika hujan deras, atau ketika hujan sudah reda. Hujan menjadi bagian besar
cuaca yang dihadirkan penulis dan itu menambah keromantisan cerita di dalamnya.
Gara-gara novel ini saya jadi merindukan hujan untuk bisa mengamatinya dari
balik kaca dan merenung. Adakah yang sama
tertariknya untuk melakukan hal tersebut?
Identitas tokoh utama
yang melekat di novel ini lumayan tergali. Julia Milano sebagai penulis
terceritakan dengan baik. Memang tidak menuturkan bagaimana penulis membuat
novel dari nol hingga terpajang di etalase,
namun novel ini lebih mengulik pada kehidupan sehari-hari seorang penulis
novel. Cukup membuka mata bagi saya untuk mengenali kehidupan para penulis. Sedangkan
Ethan Hall sebagai sutradara, sebagian jalan pikirannya dalam memandang karya
dan pekerjaannya sempat tersinggung. Terutama alasan kuat yang melatarbelakangi
ia memilih Goodbye, Autums menjadi
sebuah film.
Kekuatan emosi dalam
cerita ini menurut saya kurang tergali. Sebenarnya ada beberapa adegan yang
menurut saya bisa lebih didramatisasi dalam hal penyampaian ceritanya. Namun
entah kenapa adegan tersebut justru kehilangan emosinya. Contoh, ketika Julia
ikut shooting di Jalan Christopher,
ada kejadian mobil sedan merah yang melaju kencang dan itu membongkar kenangan
Julia pada jalan itu. Seharusnya kejadian mobil melaju kencang itu sangat
menegangkan. Tapi saya justru tidak menangkap emosi tersebut.
Untuk urusan plot yang
tercipta, bagi saya sudah sangat luar biasa. Perubahan hati dari sosok Julia
sangat nagih untuk diikuti hingga
akhir terkait kedekatannya dengan Jacob Pierce dan Ethan Hall. Beberapa kali
dugaan ending novel ini dipatahkan
penulis dengan memunculkan kejutan-kejutan yang membuat saya sangat bersimpati kepada
Julia. Dan pada akhirnya ending yang
dipilih penulis cukup adil untuk Julia, Ethan Hall dan Jacob Pierce.
Novel ini saya
rekomendasikan untuk pecinta kisah romantis dewasa. Saya yakin akan banyak
pelajaran di dalamnya terutama untuk mengatakan ‘aku sayang kamu’. Akhirnya saya memberikan rating 3 bintang dari 5 bintang untuk New York After The Rain.
Informasi saja, saya juga
tidak akan kapok membaca koleksi novel yang dimiliki Ijak. Terima kasih, Ijak.
0 komentar:
Posting Komentar