Judul: Sengkarut
Penulis: Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, Ogawa Mimei
Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari, Armania Bawon Kresnamurti, Mega Dian P.
Desain sampul: @sukutangan
Penerbit: Mai
Terbit: April 2021, cetakan kedua
Tebal: 100 hlm.
ISBN: 9786237351597
Melanjutkan membaca buku tipis dari Penerbit Mai, kali ini saya menjajal kumpulan cerita pendek dengan tajuk Sengkarut. Judul buku ini jika dicari artinya, saya hanya mendapatkan makna lain yaitu 'berjalinan'. Dan begitu selesai membaca semua cerpennya, saya masih tidak paham arti judul Sengkarut dengan keenam cerpennya.
Kovernya yang begitu artistik menyisipkan simbol-simbol yang ada di cerpen-cerpennya, seperti malaikat, pohon sakura, buah lemon, rumput dengan daun agak lebar, dan kursi. Dan latar belakang hitam pada kovernya seperti menegaskan jika semua cerpennya memiliki nuansa pilu dan sedih.
*
Malaikat Permen Cokelat (Ogawa Mimei) menceritakan tentang sudut pandang gambar malaikat pada bungkus permen cokelat tentang perjalanannya dari mulai keluar dari pabrik di Tokyo hingga ia bisa kembali ke Tokyo setelah dititipkan lama di warung di daerah yang jauh. Saya melihatnya malaikat merekat di bungkus permen seperti tugas dan bakal tuntas kalau bungkusnya dibuang sehingga malaikat tadi bakal terbang naik ke langit. Perjalanan yang menarik sekaligus menantang sebab nasib beberapa permen cokelat harus berada di desa yang miskin. Otomatis permen tadi akan terlalu lama berada di toples karena tidak ada yang membelinya. Bayangkan saja sendiri ya bagaimana perasaan si malaikat itu.
Meski begitu, malaikat tak dapat terhindar dari perasan senang juga perasaan sedih selama berada di bumi sebelum jiwa mereka melayang jauh ke langit biru (hal. 6)
*
Cerita Lemon (Kajii Motojiro) membahas soal keresahan seseorang akibat keinginan yang tidak bisa dijangkau. Dan dia menemukan buah lemon di toko buah yang secara ajaib bisa meredakan keresahannya. Di cerita ini saya setuju dengan penggambaran bagaimana rasanya mempunyai keinginan tapi tidak tergapai dan mau tidak mau harus menekan perasaan itu yang seperti gumpalan di dada.
Saat kita mengalami hal itu, pasti kita akan merasa tidak tenang. Melakukan ini tidak menyenangkan, melakukan itu juga tidak menyenangkan. Sekalipun kita melakukan hobi yang menurut kita akan menyenangkan, tapi biasanya itu tidak akan berhasil. Karena biasanya yang bisa meredakan keresahan tadi ya berupa dipenuhi keinginan itu.
Yang menarik di cerita Lemon ini adalah karakternya yang doyan berkhayal. Secara enggak langsung seperti memberi pesan kalau kita harus berhati-hati dengan khayalan sebab jika terlalu ngawur akan jadi keinginan berupa obsesi yang jika dipelihara terus akan menggerus kebahagian kita dan melahirkan keresahan setiap waktu.
*
Pada cerita Rumput Racun (Edogawa Ranpo) ada sentilan soal orang tua yang memiliki banyak anak namun tidak bisa mencukupi kebutuhannya. Digambarkan juga bagaimana peliknya jadi ibu yang memiliki anak banyak dan rentang umur tiap anaknya berdekatan.
Usiaku sudah tidak muda, aku harus menggendong bayiku yang baru lahir di depan dan bayiku yang berusia tiga tahun di punggung, lalu masih harus mencuci dan memasak. Sekarang saja suamiku sudah membentak-bentak setiap malam, mungkin dia akan membentak-bentak lebih keras lagi. Putriku yang berusia lima tahun akan semakin histeris (hal. 37).
Cerpen ini membahas dua sahabat yang pergi ke padang rumput lalu salah satunya bercerita mengenai rumput yang bisa dipergunakan untuk aborsi. Dan mereka menggibah soal istri tukang pos yang punya banyak anak, ditambah sekarang sudang hamil lagi, dan mengalami kerepotan setiap waktu. Saat mereka mau pulang karena sudah gelap, mereka menemukan istri tukang pos di belakang mereka. Gara-gara ini si tokoh utama risau dan yakin kalau istri tukang pos sudah mendengar obrolannya. Dan saat ia memastikan soal rumput itu, benar saja sudah terpotong.
*
Cerita Di Bawah Pohon Sakura (Kajii Motojiro) jadi cerpen paling singkat di buku ini. Ini membahas soal khayalan tokoh 'aku' yang membayangkan kalau di balik keindahan bunga sakura yang mekar sebenarnya dipupuk oleh mayat di bawah akarnya. Saya bisa menduga kalau deskripsi soal mayat di bawah akar pohon sakura hanya bayangan karena ada kalimat ini, "Mayat, yang mengambang dalam benakku, dalam imajinasi yang tak kuketahui asal-usulnya ini, sekarang laksana menyatu dengan pohon sakura, tak mau beranjak pergi meski kuguncang-guncang kepalaku" (hal. 48 - 49)
*
Ada yang pernah mendengar bunyi-bunyi aneh saat dirawat di rumah sakit? Dalam cerita Bunyi Misterius (Natusme Soseki) memaparkan pengalaman tokoh utamanya yang saat rawat inap di rumah sakit, ia mendengar suara aneh seperti suara memarut lobak yang berasal dari kamar sebelahnya. Sampai ia keluar dari rumah sakit, rasa penasarannya mengendap di benak. Lalu, kali kedua di rawat di rumah sakit yang sama, namun di kamar yang beda, barulah jawabannya didapatkan setelah berbincang dengan perawat yang pada waktu itu merawat pasien di kamar sebelahnya.
Karena tema rumah sakit, cerpen ini membahas soal kematian yang silih berganti pada pasien. Boleh lah dikatakan secara terselubung cerpen ini mengingatkan kita akan pentingnya hidup sehat dan baik. Beberapa penyakit akut disinggung di sini dan kita harus bersyukur karena tidak mengidapnya.
*
Dan di cerpen Kursi Manusia (Edogawa Ranpo) menceritakan tentang penulis perempuan bernama Yoshiko yang menerima surat dan draft naskah. Dalam surat itu diceritakan tentang lelaki yang miskin dan jelek namun ahli membuat kursi. Ia menceritakan panjang lebar tentang kepiluan hidupnya karena memiliki fisik yang kurang menyenangkan, tentang hidup sehari-harinya sebagai tukang furnitur, dan tentang kesenangannya yang penuh ambisi hingga ia menciptakan kursi paling aneh, kursi yang bisa diisi manusia. Lelaki itu kemudian masuk ke dalam kursi aneh tadi dan mulai menjalani hidup sebagai kursi.
Banyak cerita selama ia jadi kursi dari menganalisa seseorang menurut bentuk badan dan aroma hingga kebimbangan antara menyudahi aksinya itu atau melanjutkan. Dia pun jatuh cinta pada beberapa orang yang sempat mendudukinya. Hingga akhirnya perasaan itu tertambat kepada Yoshiko, namun sulit bagi si lelaki untuk mengungkapkan perasaannya karena ia sadar awal mula mereka bersinggungan pun lebih mengerikan.
*
Membaca cerpen pasti melahirkan interpretasi yang berbeda-beda tiap orangnya dan begitu pun dengan hasil membaca buku ini. Saya merasa seru membaca cerpen-cerpen di sini, dengan keanehan dan kepiluan yang masih bisa diterima dengan nalar. Tidak terlalu mengejutkan ataupun membuat mual, tapi yang pasti tidak ada yang bikin perasaan berbunga-bunga, hehe.
Buku kumcer ini pas untuk jadi selingan di saat kita sedang membaca buku tebal. Itu juga yang saya lakukan, buku ini jadi jeda di tengah saya membaca buku lain. Dan hasilnya memang tidak mendistraksi bacaan utamanya.
Sekian ulasan saya untuk buku kumcer Sengkarut karya keempat penulis hebat; Natsume Soseki, Edogawa Ranpo, Kajii Motojiro, dan Ogawa Mimei. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!