Resensi Novel Lelaki Tua Dan Laut - Ernest Hemingway

[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]


Judul: Lelaki Tua Dan Laut

Penulis: Ernest Hemingway

Penerjemah: Yuni Kristianingsih Pramudhaningrat

Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta

Terbit: Januari 2015, cetakan pertama

Tebal: 139 hlm.

ISBN: 9786022900283


SINOPSIS

Lelaki tua itu bernama Santiago. Sudah delapan puluh empat hari dia memancing di lautan tapi belum menangkap seekor ikan pun. Empat puluh hari pertama dia ditemani anak lelaki bernama Manolin, namun Manolin harus pindah kapal karena diperintah orang tuanya. 

Suatu hari si Lelaki Tua itu kembali memancing tapi kali ini nasib buruknya diakhiri. Kailnya menyangkut pada ikan besar. Karena sudah tua dan hanya punya alat seadanya, Santiago berjuang mati-matian agar ikan itu tidak lepas. Tali pancing yang terulur kadang harus dikendorkan atau ditegangkan sampai-sampai melukai bahu, punggung, dan telapak tangannya.

Karena ukurannya yang gede, ikan yang akhirnya bisa ditangkap itu sulit dibawa dengan perahu kecilnya. Yang lebih mendebarkan lagi, setelah perjuangan keras menangkapnya, ikan itu kini jadi sasaran ikan-ikan hiu beraneka nama yang setiap saat bisa saja memakannya. 

ULASAN

Saya akui kalau membaca novel klasik itu rada-rada susah walau pun ceritanya sederhana dan gampang diikuti. Tapi bisa jadi bukan karena novelnya, saya merasa setiap kali mulai membaca buku ada perasaan harus teliti pada detail-detailnya sehingga hati saya kurang peka untuk merasakan hawa-hawa novelnya.

Novel ini juga pernah mengalami hal serupa. Dulu pernah coba dibaca tapi selalu mandeg. Akhirnya kali ini saya benar-benar ingin menikmati ceritanya dan alhamdulillah bisa berhasil tuntas dibaca walau pelan-pelan sekali.

Novel ini sangat menggugah. Kita diperlihatkan bagaimana perjuangan lelaki tua dengan memiliki keterbatasan seperti usia dan tenaga, harus berjuang sendirian menangkap ikan besar yang sudah menyangkut di kail pancing. Prosesnya benar-benar beda dengan orang memancing di sungai yang ukuran ikannya kecil-kecil. 

Karena ikannya besar, lelaki tua itu tidak punya banyak pilihan. Jika talinya ditarik kuat-kuat, bisa jadi ia yang akan ditarik oleh ikan ke laut karena saking kuatnya ikan tersebut. Dan pilihannya, lelaki tua itu memilih mengikuti setiap pergerakan ikan membawanya. Alhasil, ia terombang-ambing di lautan luas.

Kekurangan air dan makan daging ikan mentah jadi perjuangan lainnya. Lelaki tua itu mau tidak mau harus makan ikan mentah agar ia tetap punya tenaga. Niatnya mendapatkan ikan tersebut dan pulang. Jika tidak mengisi tenaga, bisa jadi ia akan mati di kapal karena kelaparan dan selamanya tidak akan kembali ke pelabuhan.

Kewarasan pikiran juga harus dijaga. Sendirian di tengah laut sambil mempertahankan tangkapannya agar tidak lepas jadi ujian berat untuk mental. Lelaki tua itu yang jarang bicara lantang, kini sering berdialog sendirian dengan suara kencang. Ia tidak malu ucapannya didengar orang lain. Dan teknik ini ampuh membuat pikirannya tetap normal dan jernih.

Akhir kisah si lelaki tua itu bikin terharu. Saya bisa ikut merasakan kelegaan ketika akhirnya ia tiba di pelabuhan dengan badan yang gemetaran. Ini jadi pengalaman membaca yang mengharukan hati. Persis rasanya sama ketika dulu saya membaca novel 5cm saat tokoh-tokohnya naik ke puncak. Emosi, keterharuan, kelegaan, dan rasa lelah campur aduk dan semua campuran rasa itu bisa sampai ke hati saya sebagai pembaca. 

Buku ini tipis tapi saya tidak bisa menyelesaikan dalam sekali duduk. Isinya dominasi narasi. Jarang banget percakapan. Maklum, Santiago ini memancing di lautan tanpa kawan. Adanya monolog saat dia ngomong sendiri dengan lantang atau saat dia berdialog dengan hati dan pikirannya. Format ini memaksa saya lebih serius meresapi kalimat-kalimatnya.

Secara keseluruhan, novel klasik ini sangat menarik dan memang patut dibaca setidaknya sekali seumur hidup. Mengajarkan perjuangan dari sudut pandang laki-laki. Si lelaki tua ini bisa jadi gambaran kalau kita akan berada di posisi sama, berjuang mati-matian, yang berbeda hanya zaman dan tantangan yang dihadapi. Mengajarkan mental kuat juga. 

Nah, sekian ulasan novel Lelaki Tua Dan Laut ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!

0 komentar:

Posting Komentar