[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]
Judul: I Know Who Killed Your Grandma
Penulis: Denkus
Editor: Yandi Asd
Desain sampul & isi: @curutwashere
Penerbit: Ponyo Media Pustaka
Terbit: Desember 2024, cetakan pertama
Tebal: viii + 243 hlm.
ISBN/QRCBN: 6215776941492
Tag: pembunuhan, remaja, misteri, penculikan, pelecehan seksual
SINOPSIS
Neneknya Ibra meninggal jadi korban tabrak lari di sekitar Jembatan Kiliwang. Anak tetangganya bernama Agam yang selama ini diasuh nenek juga menghilang. Polisi segera melakukan penyelidikan karena ada kemungkinan kasus tabrak lari itu berhubungan dengan kasus penculikan anak yang dalam setahun sudah ada empat kasus di Kota Timur.
Saat Ibra sedang sibuk mencari pelaku penabrak nenek dan menghilangnya Agam, ia dikuntit oleh teman sekelasnya, Gandhi. Pengakuan mengejutkan kalau dirinya tahu pelaku penabrak nenek dikirim Gandhi kepada Ibra. Dengan dibantu Bagas, mereka merencanakan untuk bertemu. Pak Oka, polisi yang menangani kasus itu pun dilibatkan. Tetapi Gandhi mendadak tidak muncul. Sejak itu Gandhi tidak bisa ditemui dan dia menghilang.
Ibra dan Pak Oka bekerja sama mencari tahu keanehan yang ada. Termasuk soal keterlibatan polisi bernama Badru yang selama ini mengawasi Gandhi setelah dia merasa aneh dengan hilangnya kabar dari orang tua Gandhi yang kabarnya pergi ke luar kota.
ULASAN
Novel I Know Who Killed Your Grandma bergenre thriller mistery. Kita akan diajak menggali misteri tabrak lari neneknya Ibra yang susah dipecahkan karena tidak ada saksi dan bukti. Apalagi saat kejadian itu cuaca sedang hujan deras sehingga TKP lebih steril.
Kasus tabrak lari ini rupanya hanya pemicu untuk membongkar kasus besar yaitu jual beli organ manusia. Operasinya adalah anak kecil diculik, dibunuh, organnya diambil, jasadnya ada yang dimutilasi, kemudian dibuang sembarangan. Kejahatan ini terorganisir dan melibatkan orang penting sehingga sulit dibongkar kasusnya. Dan bagi keluarga korban, kejahatan ini dikutuk karena sangat sadis mengingat korbannya adalah anak-anak polos.
Selain itu dibahas juga kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan panti asuhan. Bagian ini mengingatkan saya pada kasus baru-baru ini soal anak panti asuhan di Tangerang yang dilecehkan oleh pemilik dan pengasuh panti. Masa kanak-kanak yang seharusnya jadi waktu emas dalam pembentukan karakter justru dirusak dengan menanamkan trauma mendalam. Miris sekali.
Saya suka rangkaian ceritanya karena ditulis dengan bertahap dan diakhiri dengan tuntas. Setidaknya pembaca tahu siapa dalang semua ini. Walau pun saya tidak menemukan kepastian nasib Agam, apakah selamat atau sudah dieksekusi. Tidak ada penjelasan lengkap soal penangkapan pelaku utama dari bisnis jual beli organ manusia ini mengartikan potret membongkar jaringan bisnis ilegal tidak bisa menyentuh pemuncaknya. Kuasa pemuncak selalu lebih hebat dibanding penegak hukum dan itu memang ada di kenyataan sehari-hari.
Sebagai novel misteri, saya kira bakal ada cerita Pak Oka bertindak seperti detektif. Namun sayang sekali, pemecahan petunjuknya sangat dangkal. Pelaku diketahui atas aduan saksi tidak langsung. Bukan karena Ibra atau Pak Oka menyatukan petunjuk-petunjuk yang ditemukan, lalu disimpulkan yang mengarah ke pelaku. Saya tidak bisa membayangkan jika tidak ada saksi, kasus yang menimpa nenek dan Agam pasti jadi kasus tidak terpecahkan berikutnya.
Di novel ini pun diperlihatkan beragamnya karakter remaja dilihat dari latar belakang orang tua. Ibra ditinggalkan ibunya dan ayahnya meninggal sehingga harus bekerja di usianya yang masih SMA. Elang, rekan kerja Ibra di kelab, tumbuh dari orang tua yang kerap melakukan kekerasan dan memaksanya bekerja. Bagi dia, adanya orang tua tidak berfungsi sama sekali karena seharusnya yang mencari nafkah itu orang tua, bukan dirinya. Elang akhirnya menyimpan kebencian kepada mereka.
Gandhi, teman sekelas Ibra, jadi anak adopsi. Ia menanggung beban untuk menyenangkan orang tua barunya dan menghindari menyusahkan mereka. Sifatnya makin pendiam karena dia membawa trauma dari masa lalu. Dan Bagas yang memiliki bapak seorang jaksa mempresentasikan remaja normal karena hidup di tengah keluarga normal.
Novel ini menjadi pengingat kalau kejahatan jual beli organ manusia itu ada di sekitar kita dan penting menjaga anak-anak dari jangkauan mata. Selain itu, secara gamblang novel ini menyuarakan soal menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Anak-anak selalu jadi korban dari ketidakutuhan keluarga. Yang diserang masalah keluarga yang rusak itu bukan fisik, melainkan psikis. Mereka bisa bilang kalau kondisi mereka baik-baik saja, namun masalah itu dipendam sedemikian rupa agar tidak terlihat, lalu suatu hari nanti secara bawah sadar akan menyeruak ke permukaan dalam bentuk kerusakan kepribadian yang sudah akut. Lalu siapa yang harus disalahkan? Dan bagaimana memulai memperbaikinya lagi?
Secara gaya penulisan, saya tidak ragu hasilnya karena saya sudah membaca novelnya yang lain, A Friend's Goodwill. Diksinya terasa lugas, runut, dan mudah dipahami sehingga mengikuti dan menikmati ceritanya cukup enjoy. Saran saya yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah untuk mengungkap kejadian sebenarnya sebaiknya tidak diceritakan lengkap sebagai bab khusus. Bisa disampaikan dari proses introgasi saja sebagai pengakuan. Dalam novel ini akan lebih pas kalau kesaksian saksi saja yang dipakai, tidak perlu ada bab lima. Beberapa bagian cerita yang tidak terungkap jelas, diserahkan saja ke pembaca untuk dibayangkan. Istilahnya, biarkan beberapa tali cerita nyangkut di pikiran pembaca. Jangan semua diputus.
Secara keseluruhan, bagi siapa pun yang menyukai cerita misteri dengan dibalut kasus kejahatan pasti akan suka dengan novel ini. Walau masih ada catatan saran dari saya, novel ini tetap seru dibaca.
Nah, sekian ulasan saya untuk novel I Know Who Killed Your Grandma. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku!
0 komentar:
Posting Komentar