[ Ulasan di bawah ini adalah kesan pribadi saya setelah membaca bukunya. Semua poin berdasarkan penilaian sendiri sesuai selera pribadi. Terima kasih. ]
Judul: The Jolly Psychopath
Penulis: Ki Yoonseul
Penerjemah: Dewi Ayu Ambar Rani
Desain sampul: Fahrul Kesampulan
Penerbit: Baca
Terbit: Juli 2024, cetakan pertama
Tebal: 296 hlm.
ISBN: 9786238371266
Tag: psikopat, thriller, keluarga, pembunuhan, literasi korea
Karena di sampul novel ini ada menyebut psikopat, saya makin tertarik untuk segera membaca isinya. Ditambah kali terakhir membaca novel yang ada pembunuhan ya di novel 1Q84 karya Haruki Murakami. Dan saat memulainya, saya berekspektasi akan menemukan kisah pembunuhan yang mengerikan.
Novel ini menceritakan remaja laki-laki bernama Yongin, berusia 15 tahun, dan dia baru mendapatkan orang tua asuh sejak ia dititipkan ibunya di panti asuhan saat usianya baru 6 tahun. Pasangan suami istri, Pak Yoon Jangpal dan Bu Namgoong, memilih Yongin dengan tujuan menjadikannya teman untuk putrinya Dongju, yang dikenal sebagai psikopat.
Suatu hari tetangga mereka, Pak Kim, ditemukan meninggal di rumahnya. Dia dibunuh dengan cara dijerat pada lehernya. Hasil penyelidikan polisi menunjuk Kak Dongju sebagai pelakunya. Bukti yang ditemukan adalah jejak sepatu Kak Dongju.
Hidup dengan psikopat tidak tenang dan Kak Dongju yang akhirnya dipenjara justru membuat Yongin kebingungan antara senang karena bebas dari tekanan Kak Dongju dan sedih karena musibah ini membuat orang tua angkatnya kehilangan gairah hidup. Yongin juga merasa bersalah sebab jejak sepatu di rumah Pak Kim adalah ulahnya.
Keadaan tidak memberi pilihan bagi Yongin selain memenuhi permintaan Kak Dongju untuk menyelidiki pembunuh sebenarnya. Sebab pada malam itu, Kak Dongju tidak melakukan pembunuhan itu, ia justru sedang menyantap daging sapi panggang bersama Bu Yangsun.
Dalam proses penyelidikan itu, Yongin dibantu oleh Paman Song Romyeon, yang merupakan putra kedua dari Nenek Toserba Manmul, sekaligus mantan kawan dari Detektif Wang Gojin, detektif yang menangani kasus Kak Dongju. Yongin harus menelan amarah saat ia ingin mengirimkan surat permintaan peninjauan ulang kasus Kang Dongju dengan dibantu oleh Pak Romyeon, justru Pak Romyeon mengkhianatinya. Pak Romyeon yang tidak akur dengan Detektif Wang Gojin, pada hari itu mereka justru sedang asik bermain Go-Stop.
Yongin akhirnya mengajukan peninjuan ulang kasus Kak Dongju tanpa dibantu siapa pun. Itu berhasil, Kak Dongju dibebaskan. Dan mereka berdua akhirnya bekerja sama memecahkan kasus kematian Pak Kim.
***
Lumayan susah menebak pembunuh aslinya. Apalagi saya sempat terkecoh dengan informasi awal kalau Dongju adalah psikopat dan sejak awal saya sudah menaruh curiga. Hanya tinggal mencari tahu bagaimana Dongju melakukan pembunuhan itu. Namun prasangka saya keliru, misterinya tidak selurus itu.
Penulis mengupas semua misteri kasus Pak Kim secara pelan-pelan. Latar belakang setiap karakter dibeberkan dan itu penting diungkapkan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi hingga Pak Kim dibunuh. Masa lalu Dongju yang tinggal dengan pembunuh berantai saat ia masih kanak-kanak. Awal mula orang tua Dongju terikat hutang dengan Pak Kim. Cerita lengkap hubungan Paman Romyeon dan Detektif Wang Gojin dari yang awalnya dekat hingga berubah renggang.
Saya suka dengan perubahan sikap Yongin dan Kak Dongju setelah keduanya bahu membahu menyingkap rahasia pada kasus Pak Kim. Pada akhirnya mereka bisa melihat nilai baik dalam diri masing-masing dan itu sangat mengharukan. Saya juga suka dengan novel ini diakhiri, benar-benar menghangatkan hati.
Di sisi lain misteri pembunuhan, novel ini juga menyinggung soal hubungan orang tua dan anak. Tema yang pasti relate dengan banyak pembaca. Poin utamanya menunjukkan kalau cinta orang tua kepada anak itu sepanjang zaman. Orang tua Dongju tetap menyayangi anaknya meski dikenal di masyarakat sebagai psikopat. Nenek Toserba Manmul yang rela menyembunyikan fakta demi anaknya tidak terusik. Ibu Yongin tetap datang menjemput walau mereka sudah berpisah 9 tahunan.
Sepanjang membaca novel ini, kita akan menemukan gambar belalang sembah, di sampul dan di halaman isinya. Ini simbol untuk psikopat, dimana karakter psikopat hanya memangsa korban yang lebih lemah. Belalang sembah pun demikian, hidup dengan memangsa serangga lain yang lebih lemah dari dirinya.
"... Untuk memelihara belalang sembah, kamu perlu memberinya umpan berupa serangga lain. Meskipun sama-sama serangga, belalang sembah memerlukan serangga lebih kecil sebagai mangsanya...." (hal. 51)
Dalam setiap bacaan fiksi sekalipun, pasti ada hikmah yang bisa dipelajari. Dalam novel ini saya diingatkan kembali untuk tidak mudah menilai orang lain, lebih terlarang lagi jika penilaian kita buruk kepada orang lain. Seperti yang dilakukan Yongin kepada Kak Dongju, menilai buruk di awal, tapi sebenarnya Kak Dongju tidak semenakutkan itu walau dia psikopat.
Kekurangan novel ini ada pada bagian akhir cerita, saya merasa pembongkaran misteri yang sudah dibangun disampaikan dengan tidak menarik sebab dibuat dalam rangkuman yang disampaikan oleh salah satu tokoh di sini. Bahkan beberapa kali saya membaca pengulangan narasi yang isinya misteri dalam kasusnya. Terkesan dibikin cepat oleh penulisnya dan itu membuat perhatian saya mendadak turun signifikan karena harapan saya pembongkaran misterinya dilakukan di momen paling penting, misal saat persidangan pelakunya.
Kesimpulannya, novel The Jolly Psychopath ini menarik dibaca dan bikin kita menebak-nebak pada kasus pembunuhan Pak Kim. Alur yang penuh misteri dan pendalaman cerita yang memuaskan saya.
Sekian ulasan saya untuk novel ini. Terakhir, jaga kesehatan dan jangan lupa membaca buku ya!
Wah saya juga sempat menduga kalau memang benari kak Dongju itu si pembunuh karena julukan psikopat itu, ternyata bukan ya, gak berarti mentang" dia psikopat dialah pelakunya, kecele hehe
BalasHapusBetul, sempat terkecoh. Tapi ternyata psikopat itu tidak semua jadi pembunuh, ada yang sekadar ditahap mencari perhatian dengan cara-cara aneh.
Hapus