Judul: Istana di Atas Pasir
Penulis: Bey Tobing
Editor: Ruth Priscilia Angelina
Cover: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2015
Tebal: 192 hlm
ISBN: 9786020316536
Mahar seratus juta telah meruntuhkan fondasi cinta Ivan dan Amara yang telah mereka coba bangun selama tiga tahun terakhir. Mereka berpisah, meninggalkan semua kenangan manis dan menutupnya menjadi lembaran masa lalu.
Amara mengikuti keinginan sang ibu untuk menikahi Adrik, lelaki sempurna berjabatan tinggi yang bergelimang harta. Semua berjalan sesuai yang diimpikan sang ibu, pada awalnya. Hingga Amara mulai menyadari betapa rapuh rumah tangganya.
Bertahun-tahun lewat, Amara tak sengaja bertemu kembali dengan Ivan. Semua telah berubah, kecuali rasa yang masih mewarnai hati keduanya.
Namun, apakah rasa itu cukup untuk membuat cinta menemukan jalannya?
Atau mereka harus mempertahankan istana mereka masing-masing, yang dibangun di atas pasir?
Ide cerita.
Blurb di atas menurut saya sudah memberikan gambaran cerita secara keseluruhan. Menceritakan soal lika-liku pernikahan. Saya tegaskan "bukan pernikahan yang aman". Novel ini mengisahkan Amara yang harus membangun pernikahan dengan orang yang tidak tepat, Adrik. Kisah manisnya dengan Ivan, justru harus kandas.
Pernikahan dengan orang yang tidak tepat, ibarat membangun istana di atas pasir. Rapuh. Akan mudah sekali hancur jika masalah yang muncul dibiarkan tanpa segera ditangani. Akhirnya, akan selalu ada penyesalan. Namun dengan hati yang besar, penyesalan bisa menjadi pelajaran hidup. Itu yang dilakukan Amara.
Plot. POV. Karakter. Gaya menulis.
Cerita dimulai dari obrolan serius Amara dan Mamanya. Tentang mahar pernikahan yang mencapai seratus juta. Ini konflik pertama yang kemudian bergulir pada putusnya Amara dan Ivan. Lalu Amara mulai menginjak pada babak baru dengan pria lain bernama Adrik. Plot maju ini akan membuat pembaca terus penasaran dengan jalan cerita. Namun di tengah buku, pembaca akan dibuat paham kemana cerita akan berujung. Endingnya bagi saya cukup membuat tersenyum.
Kekurangan plot di novel ini terletak dari beberapa part perjalanan Amara disingkat dengan narasi. Sehingga pembaca diajak ngebut memahami bagian tersebut, lalu akan mulai diajak jalan santai di bagian yang berikutnya. Entah ini memang gaya penulisnya atau dalam rangka menipiskan halaman bukunya.
Sudut pandang yang dipakai penulis adalah sudut pandang orang ketiga. Berpindah-pindah dari menceritakan Amara, Ivan, Adrik dan Kia. Pembaca akan memahami isi kepala tokoh-tokohnya dibalik kejadian yang menimpa.
Keempat tokoh sudah saya sebutkan di atas. Karakternya tidak ada yang berkesan buat saya. Mungkin dikarenakan plot yang ngebut, sehingga karakter yang ada belum tergali dengan maksimal. Amara; penurut pada mamanya, penurut pada suaminya. Ivan; mudah terpuruk, mudah terbangkitkan. Adrik; workholic sehingga keluarga sering terabaikan. Kia; perempuan cerdas yang dewasa. Selain keempat tokoh dewasa, novel ini dilengkapi karakter anaknya Amara, Malika. Karakter Malika hanya pelengkap saja. Sebab kehadirannya di dalam cerita tidak banyak.
Mengintip biodata penulis di belakang novel, Istana di Atas Pasir ini merupakan novel ketiga penulis. Karena saya belum pernah membaca karya Bey Tobing sebelumnya, saya hanya menyimpulkan jika novel ini persis sinetron. Tidak ada kejadian atau peristiwa yang baru. Semua kisahnya mengalir saja persis sungai dari hulu ke hilir.
Bagian favorit.
Ada di halaman 129 - 132. Bagian ketika Amara mengungkapkan perasaan hatinya kepada sang mama, jika ia masih mencintai Ivan. Sang mama sadar siapa pelaku yang menempatkan Amara berada pada istana di atas pasir. Sang mama sendiri. Beliau pun meminta maaf atas kesalahannya itu.
Petik-petik.
Terkadang cinta juga mempengaruhi keberlangsungan rumah tangga. Jika salah memilih pasangan, jangankan kebahagiaan, ketentraman pun jauh untuk digapai.Cuplikan.
"Gue tahu, nggak gampang buat ngelupain seseorang yang pernah begitu dekat dengan kita. tapi kita hidup bukan untuk kenangan,"-Miko; Istana di Atas Pasir,45.Lain-lain.
Tidak ada gading yang tak retak. Novel ini pun memiliki beberapa typo. Namun masih bisa dimaklumi sebab jumlahnya tidak banyak dan buat saya tidak mengganggu proses membaca.
Final. Rating.
Novel ini mengajari pembaca tentang drama rumah tangga. Dan silakan ambil pelajaran dari kisah Amara dan Ivan. Pas jadi teman nge-teh di sore hari. Rating yang bisa saya kasih untuk novel ini adalah 3 dari 5.
Jawab ya!
Saya belum berumah tangga jadi saya penasaran dengan satu pertanyaan.
Apa arti sex dalam rumah tangga?
Jadi penasaran sama buku dan karakter tokohnya ;)
BalasHapusSilakan berburu bukunya dan puaskan rasa penasarannya.. hehehe
Hapusjadi penasaran nie...
BalasHapusSilakan berburu bukunya di toko buku ya... hehe
Hapus